{32} Malam Hari

82 17 0
                                    

Suara derap kaki mengisi sunyinya malam. Pemuda itu terus berlari mengejar salah satu jiwa manusia demi keselamatan si manusia itu sendiri.

Ia berhenti sesaat untuk menarik nafas dalam-dalam. Entah sudah berapa jauh dia berlari, nafasnya sampai tidak teratur.

Pemuda itu, Hendery, celingak-celinguk. Berusaha menemukan aura keberadaan jiwa manusia yang kabur itu.

Ia merasakan tepukan di pundaknya. Hendery memutar badannya.

"Changbin?"

Iya, Changbin. Pemuda yang seringkali keluar dari tubuhnya sendiri alias mengalami astral project pada malam hari. Pemuda yang sering Hendery temui hanya dalam bentuk jiwa, namun tidak pernah bertemu dalam wujud manusianya.

Dan sekarang, Hendery bertemu lagi dengannya, tetap dalam wujud jiwa pemuda itu. Changbin hanya berdiri diam dengan tatapan kosong. Memang Hendery sudah lama tidak bertemu dengannya.

"Bin? Lu gapapa?" Hendery hendak mengarahkan tangannya pada Changbin dan menggunakan kekuatannya agar bisa mengamankan Changbin dalam Soul Ball miliknya.

Namun, Changbin malah menghempaskan tangan Hendery.

"Gue cuman mau kasih tahu, mending lu pulang aja."

Hendery mengernyitkan alisnya. Tidak mengerti apa maksud pemuda di hadapannya ini.

Perlahan-lahan, jiwa Changbin memudar.

"Lho, loh, Bin?! Jiwa lo kenapa?!" panik Hendery, tidak pernah melihat ini sebelumnya. Changbin melihat tubuhnya sendiri.

"Gapapa, gak usah khawatirkan gue. Emang harusnya begini. Khawatirkan diri lo sendiri, jangan ke—" Belum sempat Changbin menyelesaikan kalimatnya, ia sudah menghilang.

Entah mengapa kejadian tadi membuat buku kuduk Hendery berdiri.









AAAAAA!

Hendery tersentak. Suara teriakan siapa itu?

Ia melihat sekitar, mulai merasakan aura seorang jiwa manusia yang keberadaannya tidak jauh darinya.

"Tolong!"

Hendery menoleh. Mendapati keberadaan seorang jiwa manusia yang sedang berlari menghindari roh jahat di belakangnya. Tanpa berpikir lebih lama, Hendery melangkahkan kakinya mengejar mereka.

Jiwa manusia itu terus berlari. Begitu juga dengan Hendery yang mengejarnya, mencoba menyelamatkan jiwa itu dari kejaran roh jahat.

Hingga tak sadar, ia sudah masuk ke kebun karet.

"Ck, pakai masuk ke sini segala lagi! Malah kehilangan jejak gue," gumam Hendery, sembari mengatur nafasnya kembali.

Memang benar, jiwa manusia dan roh jahat itu menghilang begitu saja. Hendery tidak merasakan lagi auranya. Bahkan ia tidak mendengar apa-apa lagi. Hanya terdengar derap kakinya sendiri yang kini melangkah menelusuri kebun karet tersebut.

"Apa gue gagal nyelametin dia?" tanyanya pada diri sendiri.

"Nggak kok." Sebuah suara wanita tiba-tiba muncul di pendengarannya, Hendery menoleh. Seorang jiwa manusia yang tadi ia kejar, kini berada di hadapannya sambil tersenyum ramah.

Entah mengapa, tetapi Hendery ikut tersenyum melihatnya. Wanita di hadapannya sungguh cantik, seolah-olah menghipnotis dirinya. Hendery tidak pernah melihat wanita itu sebelumnya.

Pemuda itu tersadar, ia berkata, "Maaf, tapi A-anda harus saya amankan." Ia mengarahkan tangannya pada wanita itu.

Tetapi wanita itu malah memegang tangan Hendery. "Mengapa terburu-buru?" tanyanya, memiringkan kepalanya sedikit.

Extraordinary Children [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang