{33} Tak Sadarkan Diri

124 18 5
                                    


Yena terus melihat ke bangku sebelah dengan perasaan gelisah. Tidak biasanya pemuda yang merupakan temannya itu belum hadir jam segini.

Gadis itu mengerucutkan bibirnya. Mengalihkan perhatiannya pada seorang pemuda yang duduk di bangku di depannya. Yena mencolek lengan pemuda itu.

"Chan, Chani," panggil Yena, sambil terus mencolek lengan pemuda yang duduk di depannya.

"Apa?" tanya Chani tanpa menolehkan kepala sedikitpun dari buku yang ia baca.

"Hendery mana sih? Biasanya dia udah datang jam segini." Chani mengalihkan atensi perhatiannya pada bangku Hendery yang kosong.

Chani kembali membaca buku yang ia pegang, "Gak tahu. Gak sekolah kali, emang napa?"

"Iih, masa gak sekolah sih? Sekarang kan masih PAT. Buku pelajaran kimia punya gue masih ada di dia. Besok kan ulangannya," keluh Yena.

"Ya udah, pakai aja yang gue," jawab Chani singkat.

Yena mendengus sebal. Masalahnya rangkuman pelajaran milik Chani itu sulit untuk dimengerti, banyak materi yang disingkat-singkat. Lagipula Chani sendiri sudah pintar. Tidak perlu rangkuman pelajaran.



"Chani, Chani, Chani!"

Chani dan Yena menoleh ke arah Kangmin yang tiba-tiba masuk ke kelas mereka dengan tergesa-gesa.

"Hendery ada gak?" tanyanya. Chani dan Yena kompak menggeleng.

"Ck, gue semalem ke rumahnya," kata Kangmin, mulai bercerita, "Tapi serem banget, sumpah!"

"Serem gimana?"

"Kayak gak ada siapa-siapa di rumahnya. Tapi pintu kebuka sendiri. Abis itu ketutup sendiri."

"Angin kali," sahut Chani santai.

"Bukaaaan. Anginnya muncul pas gue mau pergi malah. Terus gue panggil-panggil si Hendery, kagak muncul-muncul," jelas Kangmin dengan heboh, "Selain itu—"

Belum juga Kangmin menyelesaikan ceritanya, ia merasa telinganya dijewer dari belakang. "Noh Kangmin, di mana kelas kamu?"

Kangmin membalikkan tubuhnya, mendapati Mrs. Lee yang belum melepaskan tangan dari telinganya.

"Apa kamu gak dengar bel udah bunyi?" tanya Mrs. Lee. Kangmin hanya terkekeh canggung.

"Saya pergi dulu, hehe." Dengan cepat, Kangmin berlari keluar dari kelas itu. Meninggalkan anak-anak di kelas itu termasuk Chani dan Yena, tertawa.

Hyunjin menekan flush toilet dan keluar dari salah satu bilik toilet sembari membenarkan celananya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hyunjin menekan flush toilet dan keluar dari salah satu bilik toilet sembari membenarkan celananya.

Tangannya meraih kenop pintu dan mulai membukanya. Tetapi—

BRAK!

Pintu itu tertutup rapat kembali secara tiba-tiba sebelum Hyunjin sempat membuka lebar. Pemuda itu mengernyitkan alisnya. Mencoba membukanya kembali.

Extraordinary Children [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang