{38} Kiamat

17 7 2
                                    

Kedua orang remaja berjalan mendekati patung berbentuk tangan yang mengadah ke atas berukuran raksasa itu. Mereka kini berada di ruang bawah tanah sebuah perpustakaan tua.

"Lu tinggal naik ke telapak tangan patung itu dan—"

"Gue udah tahu. Gak usah dijelasin," ucap gadis berjubah itu—Tzuyu. Hangyul, pemuda di sebelahnya, hanya mendengkus.

Tzuyu perlahan terbang menuju telapak tangan dari patung tersebut dan melayang dengan posisi duduk sesampainya di atas telapak tangan tersebut. Ia memejamkan matanya.








"Tzuyu, tunggu!"

Tzuyu kembali membuka matanya dan mengalihkan pandangannya ke bawah. Hangyul menoleh ke belakang, ia menggeram.

"Jangan lakuin!" seru Doyeon. Tzuyu hanya menatapnya.

"Gue mohon, Tzu," lanjut Doyeon. Tapi, Tzuyu tidak mengindahkan itu. Ia membuat dinding transparan dengan sihirnya sehingga Jeno, Lucas, Jaemin, dan Yena yang awalnya ingin mendekat malah terhalang.

"Kangmin, teleportasi!" seru Heejin.

"Maaf, tapi gue juga gak tahu kenapa kekuatan gue gak bisa dipakai sekarang!" sahut Kangmin, mencoba mengaktifkan teleportasinya. Woojin dan Jihoon juga mencoba untuk berteleportasi ala wujud hantu mereka, tapi gagal.

Tzuyu kembali memejamkan mata dan merapalkan mantra-mantra. Sementara itu, Hangyul, yang berdiri di bawah patung, tersenyum miring.

"Tzuyu, jangan!"

"Kita mohon, Tzu!"

"Tzu!"

"Jangan lakuin!"

"Kita pasti bisa berhentiin ini!"

Begitu kira-kira permohonan dari teman-temannya yang terhalang oleh tembok sihir itu. Tzuyu berusaha menulikan telinganya dan fokus merapalkan mantra-mantra.

"Maaf, ini demi kebaikan kita semua," ucap Tzuyu dalam hatinya.

"Kak Shuhua, Bang Chani, apa gak ada mantra yang bisa hancurin dinding ini?" tanya Somi, memukul-mukul dinding sihir itu, sedangkan di bagian atas ada Jinyoung dalam wujud Impundulu yang terbang dan berusaha menghancurkan dinding tersebut.

Shuhua menggeleng, dan menjawab, "Gak bisa. Sihir ini terlalu kuat."

Rapalan mantra Tzuyu semakin keras terdengar bersamaan matanya yang terbuka dan menampilkan warna hitam. Tulisan-tulisan Latin tiba-tiba muncul dan mengelilinginya. Perlahan, ia terangkat ke atas dan tulisan-tulisan yang mengelilinginya berubah menjadi bola api yang menyelimuti tubuhnya.




DUARR!

BOOM!




Bola api itu membesar dan terjatuh ke bawah sehingga menghasilkan sebuah ledakan yang mengakibatkan patung tangan itu hancur. Dinding sihir itu juga menghilang mengakibatkan kesembilan belas remaja itu terlempar jauh akibat ledakan tersebut.





Bruk!

Bak!

Tuk!



"Tzuyu..."

Itulah kata terakhir yang diucapkan Doyeon sebelum dirinya kehilangan kesadaran.

.

Patung tangan raksasa itu telah hancur. Perlahan tanah terbelah dengan sendirinya. Seorang raja iblis raksasa berwarna merah dengan tanduk di kepalanya muncul dari belahan tanah tersebut. Disusul gelombang api yang kemudian menyebar ke sekitarnya.

Gelombang api itu mengakibatkan kehancuran pada bangunan-bangunan di seluruh dunia. Orang-orang juga menjadi batu dengan sendirinya. Tanah-tanah terbelah hingga memunculkan lava-lava.

Gedung perpustakaan tua itu juga terbelah sehingga raja iblis dengan tinggi 43 meter itu ke luar dengan leluasa. Ia kemudian berdiri dengan gagah dan melihat ke sekelilingnya.

"HUAHAHAHA, AKHIRNYA AKU BEBAS DARI NERAKA," ucapnya sembari berjalan menuju suatu bangunan berupa sekolah di suatu dataran tinggi dan menjadikan sekolah itu sebagai singgasana.

"AKHIRNYA AKU DAPAT MENGUASAI DUNIA," ujarnya dengan suara berat nan mengerikan, "WALAUPUN MUNGKIN AKU SUDAH TIDAK MEMILIKI SAYAP SEPERTI DULU. TAPI, ITU TAK APA."






"Yang Mulia..."

Iblis bernama Lucifer itu menoleh ke bawah, mendapati seorang pemuda dengan jubah hitamnya sedang berlutut.

"Aku meminta imbalanku," ucap Hangyul alias pemuda berjubah itu.

"IMBALAN? IMBALAN APA?"

"Imbalan yang telah kau janjikan padaku di awal kesepakatan kita," kata pemuda tersebut.

"OH, BENARKAH? TAPI, KAU TIDAK MELAKUKAN APA-APA," jawab Lucifer membuat Hangyul mengernyitkan alis.

"Tapi, Yang Mulia, aku telah membawakan portal kepadamu," ucap Hangyul.

"AKULAH YANG MEMBAWANYA. AKULAH YANG MEMBUATNYA MAU MENJADI PORTAL. YANG KAU SIBUK LAKUKAN HANYALAH BERKELAHI DENGAN BOCAH-BOCAH PENGHALANG ITU," balas Lucifer.

"Tapi, bila aku tidak melawan, mereka akan menghalangi portal untuk dibawa ke sini." Hangyul tak mau kalah.

"PORTALKULAH YANG BERHASIL MENYINGKIRKAN BOCAH-BOCAH ITU DENGAN SENDIRINYA. TANPAMU AKU JUGA DAPAT MELAKUKANNYA, TAPI TENTU AKU TAHU BERTERIMA KASIH. JADI, AKU BERTERIMA KASIH PADAMU ATAS JASA YANG TELAH KAU LAKUKAN. SEKARANG AKU SUDAH TIDAK MEMBUTUHKANMU."

Mata Hangyul melebar. "A-a-apa?"

Lucifer kemudian mengangkat tubuh pemuda itu dengan sihirnya. Hangyul.. mengerang, merasakan rasa sakit menjalar di tubuhnya. Sang iblis mengeluarkan elemen api dari tubuh Hangyul. Hangyul berteriak kesakitan. Setelah itu, Lucifer melempar pemuda itu entah ke mana.

"DASAR SERANGGA KECIL," gumamnya. Ia kembali tertawa jahat.

 Ia kembali tertawa jahat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[29 Juni 2023]

Extraordinary Children [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang