{6} Hilang

201 13 0
                                    

"Hoaam...." Gadis itu merebahkan di kasurnya. Matanya terasa sangat berat. Ia melirik jam dinding.

Sudah pukul empat pagi. Ia hanya memiliki waktu tidur sekitar tiga jam karena harus berangkat ke sekolah jam setengah delapan pagi. Lagian dia masih bisa kok tidur di sekolah.





Wuush...


Ia langsung bangkit dari kasurnya, kaget. Menyadari ada api tiba-tiba memenuhi kamarnya. Nafasnya tercekat. Mulut terasa terkunci. Tidak bisa berteriak.

Sebuah makhluk tiba-tiba muncul di hadapannya. Dengan dua tanduk di kepala dan memiliki sayap. Dua mata berwarna hitam pekat.

"Tidak lama lagi. Kau harus mewujudkan ramalan itu."

Gadis itu mencoba menjawab, "Gak! Gak akan pernah!"

"Kau tidak bisa menentang ramalan yang telah dibuat berpuluh tahun yang lalu. Kami semua sudah menunggu. Termasuk ayahmu di sana."

"Nggak! Pergi sana lo. Dasar iblis!" teriak gadis itu.

Makhluk yang disebut iblis itu terkekeh. "Jangan lupakan kau juga bagian dari kami. Jiwa milik kami bersatu padu di dalam tubuhmu."

Gadis itu tidak menjawab, menutup kedua telinganya rapat-rapat. Air mata mulai mengalir.

"Kau akan menginjak 17 tahun. Saat itu, pasukan akan menjemputmu dan mewujudkan ramalan itu," lanjutnya lalu menghilang bersamaan dengan api-api yang awalnya memenuhi kamar.

Gadis itu mengatur nafasnya. Mengelap keringat yang membasahi dahinya. Mengingat kejadian tadi membuat kepalanya pening.

Ia mengacak-acak rambutnya, frustasi. Meringkuk di kasurnya dan mulai terisak. Tidak tahu mesti berbuat apa untuk membatalkan ramalan itu.

Ramalan yang sudah dibuat, bahkan sebelum dirinya lahir.











Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







"Iya, mayatnya ditemuin di taman sekolah," bisik salah satu siswi.

"Kasian banget ya, padahal ganteng lho," sahut siswi lainnya.

Sekolah lagi-lagi digemparkan oleh penemuan mayat di taman sekolah bernama Hong Joochan. Dengan luka robek di seluruh tubuhnya.

Hendery melirik pada kumpulan siswi tadi yang duduk tidak jauh dari tempatnya berada. Ia menyedot susu kotaknya. Mendengar obrolan para siswi itu di kantin sekolah. Pemuda itu kemudian menatap dua lelaki di hadapannya yang diam saja, fokus makan.

"Kalian gak bakal ngomong apa-apa gitu sama gue?" tanya Hendery, membuka obrolan. Tadi saat bel istirahat berbunyi, pemuda ini langsung saja dibawa oleh mereka ke kantin. Tidak dibiarkan kemana-mana lagi selain bersama mereka.

"Gak," jawab salah satu dari mereka, Hyunjin, dengan singkat. Hendery menghela nafas berat, mengalihkan pandangannya ke kumpulan siswi tadi yang masih membahas Joochan.

Extraordinary Children [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang