Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tetapi pemuda bermarga Kang itu masih saja sibuk mencari barangnya yang hilang dari kemarin hari.
Sedangkan kedua sahabatnya hanya menyaksikan pemuda itu mencari-cari benda tersebut hingga rumahnya kini berantakan.
"Emang sepenting itu barangnya, Chan?" tanya Shuhua pada pemuda itu yang tak lain adalah Chani.
"Penting! Itu bubuk yang gue buat sebulan yang lalu. Kalau diambil orang, bahaya, bisa-bisa disalahgunakan," tutur Chani sambil membongkar isi lemarinya.
Somi ikut bertanya, "Emang bubuk apaan lagi? Tahun lalu katanya abis buat bubuk yang bisa bikin badan orang mati rasa sama ngilangin alergi. Jangan-jangan ini bubuk yang aneh-aneh lagi?"
"Kalau bukan aneh-aneh, gue juga gak akan sepanik ini." Chani duduk di sebelah Shuhua dan menjelaskan, "Bubuk itu bisa bikin ilusi sesuai keinginan orang yang nuanginnya. Selain itu bisa meningkatkan emosi seseorang, kalau lagi seneng malah hiperaktif, kalau lagi kesel ya jadi marah-marah kerjaannya. Itu juga cuman berlaku untuk target si penuang bubuk itu. Botolnya juga bukan botol biasa."
Pemuda itu kemudian tersadar sesuatu. "Buku ramuan gue juga ilang." Chani kembali panik. "Udah, fiks ini ada yang sengaja ngambil."
"Nyuri lebih tepatnya," tambah Somi.
"Tenang, semuanya. Shuhua datang untuk menyelamatkan!" Shuhua berdiri dari duduknya dengan semangat dan mengambil bola kristal dari tasnya. Ia letakkan di atas meja.
"Kenapa gak dari tadi?" protes Chani.
"Ya makanya jangan panik," timpal yang paling muda di situ membuat Chani mendengus dingin.
Shuhua mengusap bola kristal itu secara perlahan. Mengucapkan beberapa mantra-mantra. Ia memejamkan matanya.
Chani dan Somi sama-sama menunggu. Tak lama, Shuhua membuka matanya kembali dan muncullah gambar seseorang dalam bola kristal itu.
Mata mereka sama-sama melebar. Mereka saling bertukar pandang dengan tatapan tidak percaya.
Choi...
Bomin?
"Lama amat elah," keluh Heejin saat pemuda di depannya mengendarai motor dengan pelan.
Jaemin mendengus dingin, ia mempercepat kecepatan motornya. Menuruti keinginan gadis di belakangnya itu.
"Kita mau ke mana sih?" Entah ke berapa kalinya Jaemin bertanya itu semenjak ia menjemput Heejin.
"Udah, turutin aja. Jangan banyak omong- eh, ke kiri! Ke kiri!" Heejin menepuk-nepuk bahu kiri Jaemin.
Sampailah mereka di sebuah gedung pertunjukan yang cukup terkenal di kota itu dengan pepohonan di belakangnya. Gedung itu biasanya dipakai ketika ada acara-acara seperti ulang tahun kota. Namun akhir-akhir ini gedung itu dipakai untuk pertunjukan pesulap anonim yang dikenal dengan nama Huaren, walaupun tidak sering. Kini gedung itu sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Children [END]
FanfictionJudul awal: DOPPELGANGER Tentang para remaja yang tidak biasa dengan kekuatan luar biasa. Start: Jumat, 12 Juni 2020 !! Bahasa non-baku dan kasar!!