"A-aw.""What happened?"
"Aduh."
"Duh, kepala gue pusing."
"Sakit..."
Jeno perlahan membuka matanya saat merasakan seseorang mengguncang tubuhnya. Ia menoleh dan mendapati Siyeon di sebelahnya yang mencoba membangunkannya.
"Tunggu, kita masih hidup?" tanya Guanlin yang baru mengumpulkan kesadarannya, "Bukannya tadi jadi... kiamat?"
"Emang udah kiamat," sahut Yena, membersihkan debu yang menempel di bajunya. Mereka masih berada di rubanah perpustakaan tua, hanya saja bagian atasnya sudah tidak ada bangunan apa-apa.
"Tapi, ini aneh. Seharusnya kita mati karena kejadian ini udah gak bisa dihindari oleh makhluk apapun, kecuali iblis," ucap Chani, mengingat buku milik Eunbin yang sempat ia baca dulu.
"Mungkin karena kita manusia istimewa?" tebak Haechan ngawur.
"If you guess tuh yang mikir dikit," sahut Felix dengan setengah Indo-Inggris dalam nada datarnya, "He said 'makhluk apapun'. So, seistimewa apa pun, pasti mati, except you're demon."
"Yeuuu, 'guas guess guas guess'," balas Haechan tak mau kalah, "Lu kali ah yang demon."
Haechan langsung meringsut ketika Felix berdiri dan berjalan ke arahnya dengan tatapan datar.
"Heh, heh, udah, heh," lerai Heejin. Jinyoung sudah mendengus dingin dan mengalihkan pandangannya. Tidak menghiraukan pertengkaran kecil yang menurutnya kekanak-kanakan. Yang ada di pikiran ia sekarang hanyalah Eunbin.
Felix malah semakin mendekat, sementara Haechan sudah berlindung di belakang Lucas. Felix mengangkat tangan seolah-olah hendak menonjok. Namun, yang terjadi ialah,
SRET!
Sebuah sihir hitam yang muncul dari tangan pemuda itu. Beruntung Haechan mau pun Lucas berhasil menghindarinya. Felix sendiri tersentak mundur, padahal tadi hanya berniat iseng saja ingin menonjok Haechan. Yang lain langsung melebarkan mata mereka.
"Loh, lu kok??? Punya kekuatan sihir?" tanya Lucas, tidak percaya.
"I-I don't know, tiba-tiba ke luar," jawab Felix, menatap tangannya sendiri.
"Bukan cuman Kak Felix."
Semua kompak menoleh pada Somi yang menunjukkan kekuatan sihir di tangannya. Jihoon kemudian menatap tangannya sendiri. Tiba-tiba ke luar sebuah sihir hitam yang sama dengan Felix dan Somi, Jihoon dengan panik langsung mengibas-ngibaskan tangannya agar sihir itu hilang dari tangannya. Mark yang terkagum juga mencoba itu dengan tangannya sendiri.
"Gue rasa, kita semua sekarang punya sihir ini," ujar Jeno, melihat tangannya yang juga mengeluarkan sihir hitam.
"Sihir ini mirip punya... Tzuyu?" tebak Shuhua yang ikut mengeluarkan sihir dari tangannya. Mata Chani membulat. Ia kemudian menepuk tangannya, menarik atensi dari yang lain.
"Itu dia! Kekuatan sihir ini punya Tzuyu! Sihir ini yang menyelamatkan kita dari kiamat," seru Chani.
"Artinya?" tanya Jaemin yang masih clueless.
Chani menjelaskan, "Artinya, Tzuyu sempat kasih separuh kekuatan sihirnya ke kita sebelumnya yang secara otomatis ngelindungin kita dari kiamat. Itu berarti cuman kita yang bisa lawan Lucifer dari menguasai bumi."
"Itu berarti Tzuyu masih ngasih harapan ke kita buat nyelamatin dunia," sambung Doyeon yang diangguki oleh Chani.
"Yosh! Ayo, kita lawan Lucifer!" Jaemin berdiri semangat dengan tangan dikepal ke atas. Ia melangkahkan kakinya yang langsung ditahan oleh Heejin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Children [END]
FanfictionJudul awal: DOPPELGANGER Tentang para remaja yang tidak biasa dengan kekuatan luar biasa. Start: Jumat, 12 Juni 2020 !! Bahasa non-baku dan kasar!!