{21} Gadis

108 19 3
                                    


"Yakin di sini tempatnya?" tanya Lucas memastikan. Doyeon melihat kembali kertas yang berisikan suatu alamat itu dan mengangguk.

Gadis itu melihat teman-temannya yang lain yang menyusul dari belakang menggunakan mobil yang disupiri oleh Chani sedangkan Jeno dan Siyeon menggunakan motor. Kebetulan Guanlin tidak bisa ikut saat ini.

Setelah Tzuyu berhasil mencari keberadaan dua orang itu, ia memberikan alamatnya pada Doyeon.

Dan berakhirlah mereka kini–malam-malam– berada di depan rumah tua sepi yang tidak terurus dengan kuburan di halaman belakangnya.

Kebetulan Lucas juga ikut karena mengantar Doyeon. Sedangkan Jeno mengajak Siyeon.



Memang bucin pada dasarnya.


Eunbin awalnya ingin mengajak Jinyoung. Tapi pemuda itu menolak dengan alasan ada urusan keluarga. Malah Jinyoung sendiri melarang pacarnya itu untuk ikut teman-temannya. Tapi namanya Eunbin, seringnya tidak menghiraukan ucapan Jinyoung.

Oh ya, kebetulan Lucas ada. Jadi sebelumnya pemuda itu sudah menceritakan tentang dirinya bersama Haechan, Renjun, Hyunjin, dan Felix yang sama-sama diskusi juga pada malam kemarin tentang ucapan pegawai kantin itu.

"Beneran di sini? Serem banget gila, sepi gini." Shuhua turun dari mobil bersama yang lainnya setelah Chani memarkirkan mobilnya.

Doyeon dan Lucas mendekati pintu rumah yang sudah terlihat lapuk itu. Doyeon hendak mengetuk pintu itu, tapi sedikit ragu. Ia dan Lucas saling bertukar tatapan.











"Tolong acara tatap-tatapannya disudahi dulu. Ini kita harus begimana?"

Doyeon dan Lucas sama-sama mendelik ke arah Yena yang menyerobot ke depan mereka dan mengetuk pintu itu.

"Permisi." Yena mengetuk lagi pintu tersebut. "Ada orang?"

Hangyul yang baru saja menyusul dari mobil, langsung memegang kenop pintu dan membuka pintu rumah itu. "Gak dikunci," ucapnya, menatap teman-temannya di belakang.

Pemuda itu masuk terlebih dahulu ke rumah tua itu. Yang lain saling bertatapan.

"Beneran kita masuk?" tanya Shuhua sedikit takut.

"Gak ada pilihan lain." Somi menyusul ke dalam.

Tidak ada penerangan di rumah itu, membuat mereka perlu menyalakan flashlight dari telepon genggam masing-masing untuk melihat-lihat sekitar.

Hawa dingin dan seram menyelimuti atmosfer di sana. Terlebih lagi mengetahui di belakang rumah itu merupakan pemakaman umum.

Shuhua sudah mendekat ke Somi dan berjalan di belakang gadis itu. Yena memeluk lengan Eunbin sedari tadi. Jangan tanya Jeno dan Siyeon, sudah pasti mereka bergandengan tangan mesra.

Kebucinan yang sama dengan keadaan yang berbeda terjadi pada Lucas, yang mencoba meniru Jeno dan Siyeon. Tetapi Doyeon malah mencubit lengan pemuda itu setiap kali Lucas ingin menggandeng tangannya.

Chani mengarahkan flashlight-nya ke dinding rumah dan berhenti pada saklar lampu. Mencoba menyalakannya. Tetapi tidak ada lampu yang menyala.

"Lampu gak bisa nyala, kayaknya listrik emang mati," tutur Chani, melihat-lihat sekitar kembali. Indera penciumannya menangkap sesuatu. "Kalian nyium bau-bau gitu gak sih? Kayak bau... darah?"

Sementara itu, perhatian Jeno tertuju pada meja berisikan kertas-kertas dan buku-buku serta lampu meja kuno di ujung meja itu.

"Jeno, liat." Jeno menoleh pada Siyeon yang kini memegang beberapa lembar kertas dengan tulisan-tulisan di kertas itu.

Extraordinary Children [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang