{35} Berkumpul di Rumah Chani

30 8 0
                                    


"Minggu ini kayaknya hal-hal aneh bermunculan lagi, ya?"

Seorang gadis cantik menoleh pada pemuda yang berbicara di sebelahnya itu. Si pemuda tidak menatap balik, hanya menatap ke arah langit.

Gadis itu—Eunbin—hanya menyetujui dengan gumaman.

Di hari Senin menjelang matahari terbenam ini, kedua sejoli itu memutuskan untuk berisitirahat di sebelah gedung pertunjukan biasa Renjun tampil. Awalnya mereka membantu yang lain untuk mencari Renjun dan memutuskan untuk mencari di sekitar gedung itu sebelum akhirnya beristirahat karena tidak mendapatkan hasil apa-apa.

"Bahu lu gimana? Masih sakit?" tanya si pemuda alias Jinyoung, mengingatkan bahu Eunbin yang terluka karena diserang oleh Phoenix—hewan peliharaannya sendiri—sekitar minggu lalu.

"Lumayan. Kalau digerakin sering-sering, masih sakit. Tapi, udah gak sesakit waktu itu," jawab Eunbin. Jinyoung hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dengan pandangan masih asyik menatap langit jingga.

Eunbin menatap kembali pemuda di sebelahnya. "Young," panggilnya.

"Hm?"

"Lu percaya... ramalan itu?" tanya Eunbin, "Kalau kita... bakal gagal."

Jinyoung terkekeh kecil dan menjawab, "Gue pernah dikasih tahu sama mendiang kakek gue waktu kecil."

Ia melanjutkan, "Kalau... ramalan itu bukan takdir. Ramalan itu... cuman prediksi. Mungkin di saat-saat tertentu, ramalan itu jadi takdir seseorang. Tapi, selama ramalan itu belum terwujud, maka itu cuman prediksi doang. Yang artinya, masih ada kesempatan buat mengubahnya."

Jinyoung kemudian menatap balik Eunbin dan tersenyum. "Sama kayak sekarang. Selama belum terwujud, kita masih punya kesempatan buat ngubah ramalan itu," ujarnya.

Kini Eunbin yang mengangguk-anggukkan kepalanya dan beralih memandang lingkungan sekitar.

Sedikit gengsi untuk mengakui bahwa Jinyoung 1000 kali lebih tampan di saat-saat seperti ini. Bukannya gengsi, tapi merasa waktunya tidak tepat saja. Ia bukan Heejin atau Doyeon yang tidak suka memuji lelaki mereka sendiri.

Eunbin menghela napas panjang. Menetralkan degup jantungnya.

AAAK!

Jinyoung dan Eunbin sama-sama terperanjat. Kepala mereka refleks menoleh pada sumber suara yang berasal dari langit. Eunbin menyipitkan matanya tatkala mendapati suatu makhluk yang tidak asing baginya.

"Phoenix?"

AAAK!

"Bin, lu pergi ke deket gedung dan berlindung di sana. Jangan di tempat terbuka gini. Gue yang bakal urus dia," perintah Jinyoung. Eunbin hanya mengangguk dan bergegas menuju teras dari gedung pertunjukan.

Jinyoung kemudian berlari ke arah Phoenix terbang. Ia kemudian melompat sembari melakukan roll depan hingga akhirnya tubuhnya berubah menjadi seekor burung hitam yang mengeluarkan percikan listrik.

Pemuda yang berwujud burung Impundulu itu terbang mendekati Phoenix. Phoenix mengeluarkan bola api berkali-kali. Tapi, beruntung Jinyoung berhasil menghindarinya. Hingga akhirnya Sang Impundulu mengeluarkan percikan listrik ke arah burung api tersebut melalui cakarnya.

Beruntung listrik tersebut mengenai Phoenix. Akan tetapi, Phoenix berhasil mengeluarkan bola api kembali hingga mengenai Jinyoung hingga pemuda burung itu hampir terjatuh.

Tapi, tentu Jinyoung tak ingin kalah. Ia kembali terbang seperti semula dan mengeluarkan listrik untuk menyerang lawannya. Kali ini lebih besar dibandingkan sebelumnya.

Extraordinary Children [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang