{20} Hilang

110 15 1
                                    


"Itu semacam ramalan ya gak? Kalian ngerasa gitu gak?" tanya Haechan setelah Hyunjin selesai menerjemahkan.

Iya, gak jauh beda sama Somi dan Guanlin. Mereka juga lagi menerjemahkan dan menafsirkan perkataan yang diucapkan pegawai kantin aneh itu.

Karena Haechan gak terlalu jago menerjemahkannya, akhirnya ia mengundang Lucas. Lalu Lucas mengajak Hyunjin dan Felix. Mereka udah jadi bestie katanya.

Hyunjin ini yang paling mengerti bahasa Latin. Jadi dia yang bertugas menerjemahkan tadi.

"Bentar, bentar," Renjun memotong pemikiran mereka. "Kalian kok bisa ngerti ini bahasa?"

Dua Werewolf dan Werecoyote itu saling berpandangan sebelum sama-sama menghela nafas panjang.

"It's a long story. Pokoknya berhubungan sama nenek moyang kita. But, makin lama this language makin punah. So, sekarang, not all Werewolf and Werecoyote lancar bahasa ini again. Not only bangsa kita yang pakai bahasa ini dulu, si siluman harimau juga kok," papar Felix, membuat yang lain butuh sedikit waktu untuk mengartikannya.

Renjun mengernyitkan alisnya. "Siluman harimau? Si Jaemin maksudnya? Dia bisa? Yakin? Bahasa Inggris aja hafalnya cuman 'thank you, you're welcome' doang."

"Sama, gue juga gak percaya," sahut Lucas sembari mengacungkan tangannya.

"Lu juga sama aja, Cas," balas Renjun membuat Lucas mencebikkan bibir.

"Udah, udah, sekarang kita balik lagi bahas ini." Hyunjin mengambil handphone yang terputar video kejadian di kantin sekolah tadi siang.

"Gue yakin banget kalau ada pesan tersirat dari omongan ini ibu-ibu," ucap Haechan yang disetujui oleh yang lain.

"17 tahun..." Renjun berpikir. "Berarti sama kayak umur kita tahun ini dong?" Ia menatap teman-temannya.

 "Berarti sama kayak umur kita tahun ini dong?" Ia menatap teman-temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"M-mau ngapain lu?" Seorang gadis mencoba menghindar, ketakutan.

"Tenang aja, gue bakal bawa lu ke tempat lebih aman. Di sini bahaya buat jiwa lepas kayak lu," jawab pemuda di hadapannya sembari mengarahkan tangan padanya.

Dalam sekejap, gadis itu berubah menjadi cahaya yang terserap ke telapak tangan pemuda itu dan menghilang.

Pemuda itu, Hendery, menghela nafas lega. Padahal tadi ada roh jahat yang hendak menerkam gadis itu. Beruntung Hendery bisa cepat.

Ia melihat jam tangannya. Sudah pukul setengah 12 malam, jalanan sudah sepi. Dirinya terlalu malas bila perlu ke jalan kecil dekat sekolah hanya untuk masuk ke dimensinya. Harus menanjak dulu menuju sekolahnya itu.

Akhirnya Hendery berniat menuju rumah Kangmin, si penjelajah dimensi, yang tidak jauh dari tempatnya sekarang. Kan enak tinggal minta teleportasi doang.

Extraordinary Children [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang