{45} Berkumpul Kembali

21 4 0
                                    

Sementara itu, di sisi lain, Jaemin dan Haechan berusaha untuk mengalahkan sosok Renjun. 

"Aw, bisa-bisanya kita dihabisin sama Renjun yang biasanya gak bisa berantem sedikit pun," kata Jaemin setelah dirinya terhempas ke sebelah Haechan yang juga terkapar di tanah sebelumnya. Haechan hanya mengangguk menyetujui dengan napas tersengal-sengal. 

"Apa kalian tidak pernah mempertanyakan betapa bodoh dan lemahnya kalian seorang manusia yang mencoba menantang Tuan Lucifer?" 

Jaemin dan Haechan menoleh, mendapati sosok Renjun bermata hitam sempurna itu kini di dekat mereka.

"Kalian tiba-tiba menyerang Tuan Lucifer karena hanya ingin mengalihkan fokusnya dari teman-teman kalian yang pergi ke neraka, bukan?"

Kedua pemuda di hadapannya sama-sama melebarkan mata. Renjun menyeringai dan kembali berkata, "Bagaimana, ya, bila Tuan tahu rencana kalian?"

"Dia gak bakal tahu!" seru Haechan. Mencoba bangun ke posisi duduk. 

"Dan aku yang akan memberitahunya," sahut Renjun, mengubah tongkat sulapnya menjadi baling-baling lagi dan siap untuk terbang. 

Tapi, tidak diduga seseorang atau sesuatu menggigit bahunya dari belakang. Renjun menoleh dan mendapati seorang(?) Boogeyman menggigit bahunya dengan gigi tajamnya. Pemuda itu meringis dan mencoba melepaskan diri, tetapi gagal. Sementara itu, Jihoon datang dan membantu Haechan serta Jaemin untuk berdiri. 

Renjun tiba-tiba mengambil topi sulap yang dipakainya dan melemparkannya begitu saja ke tanah. Tiba-tiba asap tebal muncul menghalangi pandangan mereka. 

Woojin alias si Boogeyman mengernyit ketika merasakan giginya tidak menggigit apa-apa. Matanya seketika melebar menyadari ia kini hanya menggigit sebuah jas hitam yang dipakai Renjun, sementara orangnya tiba-tiba menghilang. Si Boogeyman berubah kembali menjadi Woojin dan melepaskan gigitannya dari jas tersebut. Asap kemudian menghilang, menampilkan Haechan, Jaemin, dan Jihoon yang mendekatinya. 

"Loh, Renjun di mana?" tanya Jaemin. 

"Gak tahu, tiba-tiba tinggal jasnya doang," jawab Woojin, melihat sekitar. 

"Itu!" tunjuk Jihoon membuat yang lain mengikuti arah tunjuknya. Renjun terbang dengan baling-baling di tangannya yang semula berupa tongkatnya. Ia kini sudah mendekati Lucifer yang duduk santai di singgasananya sembari memejamkan mata. Jaemin, Haechan, Jihoon, dan Woojin sudah tidak bisa mengejarnya karena terbatasi oleh lautan lava.

Sosok Renjun itu menuju telinga Lucifer dan seolah-olah berbisik sesuatu. Lucifer tampak berdeham sembari mengangguk-anggukkan kepalanya. 




"YA, AKU TAHU."

Keempat pemuda yang memerhatikan itu sama-sama terpaku dengan tatapan tidak percaya. 

"Tunggu, itu iblis tahu tentang... kita?" tanya Jihoon, menatap temannya satu per satu. 

Iblis itu melanjutkan, "AKU TAHU MEREKA AKAN MENCOBA MENYELAMATKAN TEMAN-TEMAN MEREKA DAN MENCOBA MELAWANKU. TAPI, ITU TIDAK BERGUNA. TERAKHIR KALI AKU LIHAT MEREKA MASIH BERTARUNG. JADI, TIDAK PERLU AKU AWASI LAGI. TINGGAL MENUNGGU KABAR KEMATIAN MEREKA. OH, ATAU BAHKAN AKU TIDAK PERLU MENUNGGU KABARNYA." Lucifer terkekeh. Renjun yang berada di dekat telinganya ikut terkekeh. 

"TUGASMU SEKARANG ADALAH MEMBUNUH MEREKA YANG MASIH DI SINI. TAPI, KALIAN SANGATLAH LAMA," ucap Lucifer.

"Maafkan kami, Yang Mulia. Mereka terlalu banyak dibandingkan kami yang hanya berlima," jawab Renjun. Lucifer menyipitkan matanya. 

Extraordinary Children [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang