{16} Mulai

108 15 3
                                    


Langit di sore hari ini cukup gelap, karena diselimuti oleh awan-awan. Sepertinya akan hujan sebentar lagi. Tapi kedua insan ini tetap duduk di bangku taman dan memandangi langit yang mulai gelap itu.

Si gadis melirik kecil pada lelaki di sebelahnya yang sedang meminum jus jeruk. Ia menggigit bibir bawahnya, ingin mengatakan sesuatu. Tetapi takut.

"Jeno," panggil gadis itu. Membuat lelaki di sebelahnya menoleh, menaikkan kedua alisnya.

Gadis itu, Siyeon, terdiam sebentar. Kilas bayangan tentang Jeno, terputar kembali di otaknya.

Setelah kejadian kemarin saat ia ditolong oleh Seoyeon di dekat supermarket, lalu dibawa Kangmin ke rumah Hendery, akhirnya Siyeon menginap di rumah Seoyeon. Takut-takut Nancy dan Chaeryeong menyerangnya kembali.

"Siyeon?" Suara Jeno menyadarkan Siyeon. Gadis itu menghela nafas berat, menatap dalam-dalam mata Jeno.

"Hari Sabtu nanti, lu jangan keluar rumah. Tetep sama orang tua lu di rumah. Apapun yang terjadi, jangan keluar." Jeno mengernyitkan alisnya mendengar perkataan Siyeon yang kini mengalihkan pandangannya.

"Siyeon," panggil Jeno membuat Siyeon menatap pemuda itu lagi.

"Dari dulu elu selalu begini. Bilang gue gak boleh gini, gak boleh gitu, harus begini, harus hati-hati. Tapi emang pada akhirnya ada sesuatu yang terjadi. Kayak terakhir kali lu nyuruh gue buat jagain adik sepupu. Ternyata malem-malem ada setan datengin dia. Seolah-olah elu itu bisa ngelihat masa depan," tutur Jeno. Siyeon tidak menjawab, ia mengalihkan pandangan dan mengulum bibirnya.

"Apa jangan-jangan... lu punya kekuatan buat liat masa depan?" Siyeon melebarkan matanya mendengar itu. Ia kembali menatap Jeno.

Belum juga sempat menjawab, rintik-rintik hujan berjatuhan dari langit. Makin lama, makin banyak. Memaksa mereka untuk pergi dari sana dan segera pulang ke rumah masing-masing.





 Memaksa mereka untuk pergi dari sana dan segera pulang ke rumah masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MEONG!

GUK! GUK!

Seorang gadis cantik blasteran hendak memisahkan kedua binatang yang sedang berkelahi itu. Namun sebuah tangan menahannya.

"Biarin aja, gue suka liatnya," perintah seorang pemuda, berjongkok memperhatikan kedua binatang itu.

Gadis itu mengurungkan niatnya. Ia menghela nafas dan pergi ke kakak beradik yang berdiri di belakang pemuda itu.

"Kira-kira kita bakal lakuin penyerangannya kapan?" tanya salah satu dari kakak beradik itu.

Pemuda itu menyeringai. Wajah ramah andalannya, yang menjadi kesayangan orang-orang, menghilang. Menatap ketiga gadis di belakangnya.

"Kita bakal mulai...











...besok."


"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Extraordinary Children [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang