{23} Hutan Azor

92 16 4
                                    


"AAA!"

"WAAA!"

"TOLONG!"

Jurang itu sepertinya tidak berdasar, mereka terus jatuh ke bawah. Shuhua mengambil tongkat yang diselipkan di ikat pinggangnya.

Berniat merapalkan mantra agar ia dan teman-temannya dapat melayang dan terbang. Namun sebuah portal besar berwarna ungu kehitaman muncul tiba-tiba di bawah mereka.

Mereka semua terjatuh masuk ke portal itu dan muncul-muncul sudah berada di tempat lain.

Tempat di mana merupakan hamparan luas berwarna ungu dengan bola besar di depan mereka yang terdapat sesuatu berterbangan di dalamnya.

Shuhua mendekat ke bola itu. Melihatnya isinya. Sesuatu berterbangan itu terlihat seperti... manusia?

Jeno bangkit. Melihat sekitar. Pohon-pohon dan rerumputan berwarna ungu.



"Kalian?"


Perhatian mereka beralih ke dua orang pemuda yang datang dari belakang bola besar itu.


"Hendery? Kangmin? Kok kalian di sini?" tanya Mark.

"Lah, gue yang harusnya nanya gitu. Ini dimensi gue," sahut Hendery.

Guanlin mengernyitkan alisnya. "Dimensi elu?"

Hendery menghela nafas dan menjawab, "Iyaa, males lah jelasinnya. Pokoknya tempat ini milik gue. Bola itu namanya Soul Ball, berhubungan sama tugas dan peran gue."

"Emang lu apaan?" Hangyul yang awalnya diam, membuka suara.

Hendery tersentak menyadari adanya pemuda itu. Ia bersama Kangmin saling bersitatap.

"Kita juga gak tahu kenapa bisa ada di sini," ungkap Chani tidak menghiraukan pertanyaan Hangyul yang belum dijawab dan melanjutkan, "Tadi kita lagi di ruang bawah tanah bangunan perpustakaan kota."

"Perpustakaan kota?" Kangmin mengernyitkan alisnya. Yang lain mengangguk.

Lucas menyahut, "Hangyul yang nemuin bangunan itu. Tapi ternyata ada jebakan, kita jatoh. Terus tiba-tiba ada portal—"


Sebuah bayangan hitam keunguan tiba-tiba muncul di antara rerumputan ungu di dekat mereka. Yang di mana bayangan itu ke atas membentuk sebuah figur seseorang yang sedang berdiri.


Doyeon melebarkan matanya. "Tzuyu?"

Yang lain sama terkejutnya saat bayangan itu berubah menjadi sosok gadis tinggi yang mereka kenali.

"Apa?" tanya gadis jangkung itu dengan wajah datarnya. Menatap mereka secara bergantian lalu berkata, "Iya gue yang bantu, sama-sama."

"P-portal itu dari elu?" Yena mulai bertanya yang dijawab anggukan oleh Tzuyu.

"Makasih ya, Kak, udah nolong. Tapi kalau boleh tahu, kok Kak Tzuyu bisa tahu kita ada di sana?" Kali ini Somi yang bertanya, mencoba terdengar seramah mungkin.

Tzuyu mengalihkan pandangannya. "Bukan urusan kalian," sahutnya datar.

Baru juga Doyeon ingin ikut bertanya tetapi Kangmin menyela, "Tunggu, tunggu. Bentar, kalian sendiri kenapa bisa ada di sana?"

"Waduh, panjang ceritanya. Ceritain, Lin." Lucas menepuk bahu Guanlin yang berada di sebelahnya. Guanlin hanya mendengus kesal tetapi tetap menuruti. Ia menceritakan semuanya pada Kangmin dan Hendery.

"Dimensi Hutan Azor?" Kangmin mengernyitkan alis. "Gue kayak pernah denger," imbuhnya.

"Oh, iya, lu penjelajah dimensi, 'kan? Pastinya bisa bawa kita ke sana?" cetus Mark.

Extraordinary Children [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang