Song recommendation | i confess ~ SG wannabe
Boleh peduli. Tapi lihat-lihat dulu apakah pantas orang itu kamu peduliin?***
Ken benar-benar merutuki dirinya yang bodoh. Rencana dan semua tips yang di usuli oleh Zayn tak ada yang terlaksana sama sekali, alias gagal total.
Saat di dalam teater tadi padahal ada banyak kesempatan. Telapak tangan halus milik Ann menganggur bebas, gadis itu pun tampak menikmati film yang ditayangkan.
Sudah ditegaskan sebelumnya seorang Ken Willer hanya untuk membayangkan nya saja tak mampu apalagi melakukan hal tabu yang belum pernah dia lakukan sama sekali dihidupnya.
Kalian tahu apa yang terjadi saat Ken bergerak mencoba menggenggam jemari putih milik gadis Gastha itu?
Tubuhnya jadi gemetar dengan detak jantung yang terasa berdetak sepuluh kali lipat. Keringat dingin menjalar di lehernya. Rasanya seperti terkena serangan stroke.
Ken tidak bisa melakukan hal seperti itu dengan sengaja, kecuali tubuhnya yang bergerak refleks tanpa di niatkan.
Gedung bioskop sangat gelap yang mendorong para manusia berdosa untuk melakukan hal menjijikkan. Seperti tadi, tepat di sampingnya ada sepasang kekasih yang saling bercumbu mesra tanpa tahu situasi.
Sumpah bukan Ken merasa iri. Lelaki Willer itu malah tak habis pikir mengapa orang lain bisa melakukan hal-hal seperti itu dengan sangat mudah.
Sedangkan Ken cuma baru mau pegang tangan aja Tremor duluan.
"Ken?"
Mata lelaki itu mengerjap mengembalikan kesadaran nya saat Ann melambaikan sebelah tangan nya di depan wajahnya.
"Capek ya?"
"Ah– hm iya sedikit"
"Pulang sekarang?"
"Ngga. Jangan– maksud ku aku tidak selelah itu kok" jawab Ken cepat membuat Ann hanya manggut-manggut saja.
Padahal Ken bukan lelah. Dia diam lagi merutuki kebodohannya karena di kencan pertama nya tak ada kejadian spesial yang terjadi. Kalau begini caranya bagaimana bisa membekas di pikiran dan hati seorang El Ann Gastha?
Mereka berdua tengah makan bersama di sebuah cafe. Tidak benar-benar makan sebenarnya, hanya melepas penat dengan segelas lemon tea.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMUFLASE
Ficção AdolescenteLelaki itu berpikir bahwa kehadiran sang gadis merupakan alasan hidupnya menjadi sempurna. Dia tidak tahu kalau gadis itu lah yang akan menjadi alasan dari kehancuran dunianya. Entah harus menyesal atau merasa beruntung membiarkan gadis itu memasuki...