Bagian 32 : Novel bersampul hitam kelam

51 8 44
                                    

Song recommendation | A little braver ~ New empire

。。༚ᕙ۝ᕗ༚。。

Aurora keluar dari sebuah taxi dengan dua paper bag di kedua tangannya. Saat ini dia sudah berada tepat di depan tempat tinggal Ken yang baru, ingin mengunjungi dan menemani lelaki itu. Mata nya memicing melihat bangunan di depan nya, jika saja bukan karena Ken sangat malas sekali dia harus rela menginjakkan kaki di tempat seperti ini, bagaimana bisa Ken sanggup tinggal di tempat yang bahkan tidak pantas di sebut dengan tempat tinggal.

Setelah mengetuk pintu beberapa kali tak lama Ken muncul dari balik pintu itu. Berkaus putih dengan celana jeans selutut serta rambutnya yang acak-acakan.

"Aku sengaja bawa makanan nih, kamu pasti belum makan."

Dari kursi belajar yang sedang dia duduki, Ken menghela nafas melihat Aurora sedang menyusun bahan-bahan makanan di dapur minimalis yang menyatu dengan ruang tengahnya.

Sungguh bukan dia tidak butuh atau tidak bersyukur. Ken hanya tidak ingin merepotkan atau ikut membuat susah orang lain karena nasib buruk dirinya. Dan sebenarnya pun Ken sudah mengisi perutnya dengan bubur instan yang sempat dia beli di salah satu supermarket ketika pulang sekolah tadi, walau bubur itu tidak terlalu membuat perutnya kenyang.

"Kamu baru beli bahan makanan juga ya? Dasar, kenapa ngga disusun?" Tanya Aurora melihat sebuah paper bag terletak begitu saja di dekat kompor.

"Biarkan saja disitu."

"Kenapa?"

"Lagipula aku tidak akan menyentuh atau menggunakan nya."

Kedua alis Aurora pun menekuk, dia yang tak fokus menatap Ken sebelumnya karena sibuk menyusun bahan makanan, jadi memusatkan pandangan nya pada lelaki yang saat ini membelakangi dirinya.

"Kenapa? Lama-lama kalo ngga dipakai pasti busuk."

"Aku tidak mungkin memakan makanan yang diberikan oleh gadis itu."

Ucapan yang terdengar begitu dingin itu membuat suasana di ruangan jadi sempat hening. Aurora termenung sesaat, lalu kemudian bibir ranumnya menyunggingkan senyum senang. Gadis itu melangkahkan kaki mendekati Ken di meja belajarnya, dengan sepiring sushi hasil buatan koki di rumahnya.

"Ann kasih semua itu? Kenapa dia sok peduli setelah apa yang dia lakukan ke kamu?"

Ken mengepalkan genggaman nya yang memegang pulpen. Entah mengapa, perkataan Aurora terdengar menyebalkan. Seolah dirinya tidak terima kalau perlakuan Ann dikatakan sebatas sok peduli. Padahal tak ada yang salah dari ucapan Aurora.

"Entahlah."

Akhirnya hanya kalimat itu yang keluar dari mulutnya. Ken kembali fokus pada buku di depannya, walau pikirannya melanglang buana memikirkan hal lain. Semenjak hari itu, dia bahkan tidak bisa tertidur nyenyak. Dengan berteman kan keheningan malam Ken hanya bisa duduk termenung diatas kasur sembari memandang ke arah luar jendela, menatap langit yang begitu gelap. Sendirian.

Di bumi yang seluas ini dengan milyaran jumlah manusia yang hidup diatasnya, Ken merasa dirinya hanya seorang diri. Tidak ada satu pun orang yang ada disisinya.

KAMUFLASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang