Bagian 47 : Last Goodbye

27 2 11
                                    

Song recommendation | I don't love you ~ Urban Zakapa

Mereka udah benar-benar berakhir tanpa pernah memulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka udah benar-benar berakhir tanpa pernah memulai

.

.

.

Sudah hampir satu jam gadis itu mengurung diri di salah satu bilik toilet, menangis dengan suara sekecil mungkin agar ketika siapapun yang masuk nanti tidak mendengar tangisannya.

Ann tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan selain menangis.

Tidak ada yang lebih menyiksa dan menyakitkan dari terpaksa menjalani suatu hal yang sama sekali tidak kita inginkan.

Dengan tubuh yang sudah lemas gadis itu memutuskan untuk keluar meski tak ingin, dia yakin ayahnya sudah panik mencari keberadaan nya kini.

Langkah nya kembali terhenti tepat di depan pintu toilet, tubuh nya terasa membeku saat mendapati Ken berdiri bersandar di dinding tak jauh dari tempatnya berdiri.

Bola mata lelaki itu yang selalu tampak indah terlihat memerah, rambutnya masih tampak rapih memperlihatkan jidat nya yang mulus. Dengan setelan jas ditubuhnya membuat Ken tampak sangat sempurna.

"Jadi ini alasan kamu ngehindar kemarin?"

Ann hanya bisa terdiam mengigit bawah bibirnya sendiri, menahan isak yang hampir kembali terdengar.

"Seharusnya kamu ngga perlu repot-repot begitu. Memang seharusnya aku yang cepat sadar diri."

Ken mengulas senyum. Sebuah senyuman lebar nan tulus, kemudian ia menarik jemari Ann memperhatikan sebuah cincin yang tampak berkilau di jari manis milik gadis yang sangat ia cintai.

"Cantik ya. Kaya kamu," ujar Ken terkekeh, namun sedetik kemudian lelaki itu tampak cepat-cepat mengusap sudut matanya menahan air mata yang dengan lancang keluar.

"Ken ..." lirih Ann sembari terisak menggenggam tangan Ken dengan sangat erat.

"Kenapa nangis?" Tanya Ken masih berusaha terlihat baik-baik saja, bibir yang terlihat tertawa walau mata telah memancarkan sebuah kehancuran yang sangat mendalam.

"Aku ngga bisa, Ken. Aku–ngga mau ...," racau Ann tangisnya yang berusaha mati-matian ia tahan kembali pecah.

Tangisan gadis itu semakin hebat. Dia bahkan memukul-mukul dadanya sendiri karena terasa begitu sesak jika saja Ken tidak cepat-cepat menghentikan nya, Ann mungkin akan menyakiti dirinya sendiri.

KAMUFLASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang