Huwaaa
Akhirnya bisa update lagi 😍Maunya aku update tiap hari apa?
Aku kalau nggak dikasih jadwal suka lupa diri 😂😂😂Jangan lupa banyakin komen ya, ramein biar mumbul nih cerita 😍
Oh ya, jangan lupa mampir IG nya author gabut ini 🤧
@pigeonpurple14
Yang punya Tik Tok juga boleh
@pigeonpurple1Terimakasih sebelumnya 💜💜💜💜💜💜💜
Happy reading 👀
🌲🌲🌲
Kabar duka datang dari keluarga besar Tunas Harapan. Ketua yayasan- Pak Hasan dikabarkan meninggal dunia pagi tadi tepat pukul empat dini hari.
Seluruh penghuni Tunas Harapan berduka. Semua murid dan guru di sana merasa kehilangan sosok Pak Hasan yang selama ini selalu mengayomi dan menjadi panutan bagi semua orang di sana. Bahkan usianya masih lima puluh enam tahun.
Penyebab atas kematian Pak Hasan pun belum ada yang mengetahui. Tidak ada gejala penyakit apapun sebelumnya, mungkin (?) atau mereka saja yang tidak tahu? Karena hampir setiap hari juga Pak Hasan selalu datang ke sekolah tersebut. Setiap pagi beliau menemani satpam untuk ikut menyapa para siswa yang datang. Mendengar kabar yang begitu tiba-tiba tersebut merupakan sebuah sambaran petir bagi mereka semua.
Seluruh kegiatan belajar dan mengajar diliburkan hari ini. Hampir semua siswa dan para guru datang ke rumah duka untuk memberikan penghormatan terakhir pada Almarhum Pak Hasan. Tak terkecuali Tinka dan kawan-kawan.
Kebetulan rumah Pak Hasan memang dekat dengan sekolah, lebih tepatnya rumah Pak Hasan bersebelahan dengan gedung Tunas Harapan.
"Umur memang nggak ada yang tahu ya, Bu. Padahal baru kemarin lho Pak Hasan datang ke rumah ngasih pisang goreng buatan menantunya. Eh, pagi-pagi udah meninggal."
Sedikit terdengar seorang ibu-ibu yang tengah berbincang dengan pelayat lain yang juga duduk di depan Tinka. Mungkin memang tidak hanya penghun sekolah saja, tapi penduduk sekitar pun juga merasakan hal yang sama. Orang baik memang banyak yang suka.
Setelah jenazah diberangkatkan menuju pemakaman, para pelayat mulai berhamburan membubarkan diri. Sebagian ada yang ikut mengiring jenazah ke peristirahatan terakhir, sebagian pula juga ada yang langsung pulang ke rumah mereka masing-masih.
"Pak Bondan kok nggak nangis, ya, tadi?" kata Maura selidik.
Tinka, Maura, Marvel, Pandu dan Dando tengah berjalan menuju pemakaman. Mereka berada di baris terakhir. Biar tidak berdesakan dengan yang lain karena memang banyak juga pelayat yang ikut mengantar sampai ke pemakaman.
"Cowok pantang nangis, Ra," sahut Pandu yang berdiri tepat di sebelah Maura.
"Tapi, kan ini bapaknya sendiri."
Marvel sedikit mendesis, "Pikiranmu terlalu rumit, Ra. Kayak gitu aja dipikirin. Bukan urusan kamu juga Pak Bondan nangis atau enggak."
Ketika teman-temannya sedang meributkan hal yang tidak terlalu penting tersebut, Tinka malah terlihat sedang tenggelam dalam lamunannya sendiri.
"Ka?"
Maura menyenggol lengan Tinka pelan. Membuat dirinya sedikit terjingkat kaget. Sejak kapan mereka sudah sampai di makam?
KAMU SEDANG MEMBACA
EL:Querencia [SELESAI ✔️]
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] Seorang ayah seharusnya menjadi cinta pertama untuk anak perempuannya. Namun, bagaimana kalau malah dialah yang menjadi alasan sakit hati dan fisiknya anak? Selama 18th Tinka tidak pernah merasakan sekali saja hangatnya pelukan seora...