36. Promise

830 148 32
                                    

Padahal janjinya Jum'at
😆
Maaf tadi malem malah ketiduran

Jangan lupa siapin tisu
Siapa tahu bikin ileran😂
.
.
.

Happy Reading!

Pada akhirnya, Johan bisa dibawa pulang siang itu juga. Walaupun setelahnya masih harus melakukan rawat jalan dan juga beberapa terapi. Bukan suatu hal yang mudah, tapi setidaknya ada usaha untuk kembali seperti semula.

Sesampainya di rumah mereka membuat syukuran kecil-kecilan untuk Johan yang sudah kembali dari rumah sakit. Beberapa nasi kotak dan juga makanan ringan lainnya sudah sebagian dibagikan pada tetangga terdekat. Berharap menjadi sebuah do'a untuk kesehatan keluarganya.

"Ka, kirim ke rumah Bu Sonia sana! Sekalian sama mamanya Vino."

Tinka yang masih duduk melantai di karpet jadi sedikit ragu untuk beranjak. Berat hati untuk melakukan perintah ibunya. "Kalau Ibuk aja gimana, sih?"

Wining yang mendengar kalimat putrinya jadi menoleh. "Ada kamu kenapa harus ibuk?"

"Nggak usah dikirimin juga nggak papa deh, Buk. Kalau nanti mereka udah makan siang gimana? Kan sayang makanannya."

"Ya ampun, Tinka. Orang mau ngasih sesuatu ke orang pamali ngomong kayak gitu. Udah sana berangkat!"

Dengan langkah malas, Tinka menghampiri ibunya yang masih sibuk memasukkan beberapa makanan ke dalam kotak. "Tinka nyuruh ojek di depan aja, ya, Buk. Dibayarin deh."

Wining menghela napas, bosan. "Kamu lagi marahan sama Elko?"

Naluri seorang wanita juga seorang ibu. Akhir-akhir ini Tinka memang sering uring-uringan, apa lagi lalu membahas tentang pria itu. Wining tidak ingin ambil pusing, memang seperti itulah anak muda yang sedang menjalin hubungan. Bahkan yang sudah menikah saja juga sering bertengkar.

"Kalau ada masalah ya dibicarain, Ka. Mau putus apa lanjut."

"Ih, Ibuk mah ngomongnya gitu banget. Jangan dong. Masa do'ain anaknya patah hati." Berselisih bukan berarti ingin pisah, kan? Gila saja, Tinka masih bucin-bucinnya begini malah disuruh pisah. Bisa nelangsa yang ada.

"Memang kenapa, sih? Tumben kok ngambek-ngambekan."

Tinka menekuk wajahnya sendiri. Entah apa yang terjadi, dia juga bingung. Perasaan tidak melakukan hal yang membuat pria itu jengkel, tapi dari sikapnya terlihat sekali sedang dalam keadaan tidak nyaman dengan Tinka. Jadi, dia sedikit ragu untuk bertemu.

"Nggak tahu lah, Buk. Apa salah dan dosaku sampai dibuat begini."

Wining sedikit menyenggol lengan Tinka yang sudah berada di sampingnya. "Lebay banget kamu. Makanya sana anterin, sekalian diperjelas. Orang kalau diem-dieman mana bisa selesai."

"Iya ... iya, Tinka anter." Pada akhirnya gadis itu menyetujui. Mungkin benar apa kata ibunya. Minta penjelasan adalah jalan terbaik.

***

Datang dengan diantar ojek, akhirnya Tinka sampai juga. Segera mengetuk pintu pintu pemilik rumah. Tangannya sedikit menegang karena masih ada rasa takut untuk bertemu. Mungkin lebih tepatnya dia bingung ketika bertemu nanti harus bicara apa.

Tidak berselang lama ternyata pintu sudah dibuka, menampilkan sosok wanita yang sudah dianggap ibu sendiri oleh Tinka.

"Eh, Sayang. Sini masuk."

EL:Querencia [SELESAI ✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang