29. Dia Datang

947 137 57
                                    

Anyeong!!!!

Kalian lagi apa pas dapet notif ini?

Kayaknya ini bakal sedikit panjang.
Siapin hati dulu ya. Taulah ini part apa kalo liat judulnya 👀

Oh ya pas nulis ini aku play lagunya Andmash - Bisa Tanpamu.
Walaupun liriknya nggak nyambung ke part ini. Cuma kayak vibe-nya dapet aja 🤧
Kalian bisa sambil play deh. Dan rasain suasananya.



Happy Reading!

***

Satu minggu lebih ditinggal pacar rasanya jadi makin uring-uringan sendiri. Sampai rasanya Tinka jengah. Bukannya tidak ingin kesayangannya pulang, tapi hanya jadi tidak yakin sebelum dia melihat di depan mata.

Ya, katanya hari ini Elko memang akan pulang. Setelah seminggu lebih dia mengulur waktu. Entah pekerjaan apa yang bisa over time sampai dua kali lipat lebih dari yang direncanakan.

Namun, seminggu itu pula Tinka jadi memiliki waktu untuk membuat jadwal beberapa rencananya. Seperti berkunjung ke tempat kursus menjahit. Awalnya di sana hanya ada jadwal kursus harian, jadi seperti kursus yang masuk setiap hari.

Namun, beberapa hari setelahnya pemilik tempat kursus tersebut menghubungi kalau ada beberapa orang yang datang meminta jadwal sore hari, sama seperti dirinya. Walaupun hanya punya waktu satu jam untuk empat hari dalam satu minggu saja, tapi itu tidak masalah. Dia kali ini akan benar-benar serius belajar.

"Assalamu'alaikum. Tinka pulang!" seru Tinka yang baru saja membuka pintu depan dengan tas yang masih berada di punggung.

"Wa'alaikumsalam. Sudah pulang?" tanya Sonia yang menoleh ke belakang beberapa saat sebelum kembali fokus lagi dengan ayam yang sedang dia goreng.

"Iya, Buk. Harusnya ada les Bahasa Indonesia tadi. Cuma karena Tinka nilainya udah bagus ada kelonggaran. Yang diwajibin yang nilainya masih di bawah banget."

Gadis tersebut mendekati Sonia dan mencondongkan kepala. "Wah masak ayam banyak banget, Buk. Mau ada acara?"

Sonia menoleh dan sedikit tersenyum. Anak laki-laki dan perempuan memang beda. Semenjak ada Tinka di rumahnya, Sonia jadi merasa ada yang sedikit berubah dalam suasana hari-harinya.

Di mana mereka bisa bertukar cerita, bisa saling memberi masukan tentang cara berpakaian, bisa saling berdiskusi tentang apa yang akan mereka masak besok. Benar-benar menyenangkan.

Beda cerita kalau dengan Elko. Pria itu hanya akan setuju-setuju saja tentang apa yang Sonia katakan. Semua masakan hanya dikomentari enak, semua pakaian juga bagus dan warna apapun selalu cocok dengan kulit ibunya yang memang putih dan bersih.

"Hari ini kan Elko pulang. Kamu lupa? Atau nggak dikasih tahu?" tanya Sonia heran.

Tinka terdiam sejenak. "Tau sih, Buk. Kemarin juga Om Elko telfon. Tinka kira bohongan. Habisnya dari kemarin pulangnya mundur terus, sih."

Sonia tersenyum kecut. Sebenarnya sedikit tidak tega harus mengatakan, tapi dia tidak yakin akan menerima dengan lapang dada nanti.

"Ka ... Elko pernah bicara sesuatu tidak kemarin-kkemarin?" tanya Sonia yang mulai mengangkat ayam gorengnya dengan penyaringan. Segera mematikan kompor dan menatap Tinka yang sedang bingung.

"Ngomong apa, Buk?"

"Alasan dia mengulur waktu pulang."

"Karena memang ada kerjaan. Katanya sih gitu, Buk," jawab Tinka dengan sedikit menyipitkan mata, mengingat apa yang Elko katakan pada yang mungkin sudah ke lima belas kalinya.

EL:Querencia [SELESAI ✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang