Yuhu
I'am backJangan lupa vote dan komen yes
Biar rame nih
Itung2 nyenengin author-nya kan dapat pahala ye kan 😂😂😂Yuk mari cus
Happy reading 🌲🌲🌲
Hal yang Tinka takutkan ternyata benar-benar terjadi. Tepat setelah tujuh hari kematian Pak Hasan, akhirnya Pak Bondan dilantik menjadi ketua yayasan yang baru. Banyak yang berpikir kenapa pengangkatannya secepat itu? Kesannya terburu-buru sekali.
Akhirnya peraturan baru pun benar-benar diwujudkan, terutama peraturan yang membuat Tinka kini kalang kabut. Kenaikan kelas sebentar lagi. Itu artinya tepat tiga bulan Tinka harus bisa meningkatkan kualitas nilainya. Atau kalau tidak, beasiswanya akan dicabut oleh pihak sekolah.
"Belajar sama aku aja, Ra. Gratis kok," tawar Maura pada sahabatnya yang terlihat sangat mengenaskan. Bahkan Tinka beberapa kali nampak menjambak rambutnya sendiri- frustasi.
"Bukan masalah siapa, Ra. Tapi, akunya yang nggak ada waktu buat belajar. Kamu tahu sendiri, kan?"
"Kamu butuh banget uang ya, Ka? Kalau tiga bulan ini libur dulu nggak bisa?" tanya Marvel yang tengah duduk di depan Tinka dan Maura.
Tinka nampak sedikit berpikir. Hal yang dia kejar memang uang. Selama ini uang yang dia kumpulkan dari kerja part time-nya itu untuk biaya dirinya kuliah nanti. Kalau dia berhenti bekerja, dia tidak akan bisa kuliah. Sedangkan kalau dia tidak berhenti, dia tidak bisa meneruskan sekolahnya juga. Pada akhirnya tetap sama, kan? Dia tidak akan bisa kuliah. Apakah dia harus menyerah sekarang?
"Nanti lah, aku pikir lagi," jawab Tinka pasrah.
Ponsel Tinka berbunyi, menunjukkan ada sebuah pesan yang masuk. Segera merogoh sakunya dan melihat siapa yang mengirim pesan.
Tante Sonia :
Ka, nanti jadi langsung ke mini market?Me :
Iya, Tan. Soalnya sekolah pulang soreTante Sonia :
Ya, udah. Nanti tante pesen belanjaan, ya. Kalau mau pulang telfon Elko aja, biar dijemput.Tiba-tiba senyum Tinka langsung mengembang cerah. Seperti tanah gersang yang dituruni berkah hujan. Segera membalas pesan guna menyetujui permintaan sang calon ibu mertua. Hal seperti ini pantang sekali ditolak, bukan?
"Ka, dapet lotre?" kata Marvel yang melihat Tinka terus menerus tersenyum.
Tinka memincingkan mata kesal. "Ibu mertua chat." Segera merubah mimik semanis mungkin saat menyebutkan panggilan baru untuk Tante Sonia.
"Gimana sih, Ka? Kemarin katanya nggak mau pacaran. Makanya aku ditolak terus. Sekarang malah sama orang lain. Mana baru kenal." Marvel berucap kelewat jujur, lengkap dengan wajah yang dibuat kusut.
"Siapa juga yang pacaran?" kilah Tinka. Memang niatnya ingin langsung dilamar saja sama Om Gula.
"Awas kalau cuma dibaperin aja."
Tinka hanya tertawa geli. Dibaperin? Jangankan dibuat baper, Tinka saja sampai sekarang masih dalam posisi yang sama. Lagi pula, Tinka memang tidak begitu mengharapkan lebih pada Om Gulanya. Hanya sekedar suka, nyaman, atau entah apa namanya. Tapi, kalau memang diberi kesempatan untuk dekat, kenapa tidak?
Dan lagi, hati Om Gulanya juga masih terikat dengan masa lalu- hal yang menjadi saingan terberat. Bagaimanapun masa lalu akan selalu ada cerita dan kesan tersendiri. Untuk mereka yang masih belum bisa lepas, akan terlalu sulit bagi seseorang untuk masuk. Andaikan bisa, pasti akan ada momen di mana masa lalu tersebut menjadi sebuah boomerang. Entah hanya sekedar sekelebat ingatan, atau mungkin wujudnya yang datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
EL:Querencia [SELESAI ✔️]
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] Seorang ayah seharusnya menjadi cinta pertama untuk anak perempuannya. Namun, bagaimana kalau malah dialah yang menjadi alasan sakit hati dan fisiknya anak? Selama 18th Tinka tidak pernah merasakan sekali saja hangatnya pelukan seora...