Halo kesayanganku
Gimana kabar kalian?Sebenernya mu aku tahan dulu nih draft, tapi karena jungkook update jadi gatel nih jari.
Btw kalian pakai baju warna apa pas baca part ini?
Kalau aku nulisnya pake baju item wkwkwkJangan lupa ramaikan
#OmGula x #PacarKecilHappy Reading!
Perlahan semua luka yang Tinka miliki mulai membaik. Terhitung sudah dua minggu sejak kecelakaan tersebut. Hanya saja beberapa bekasnya memang masih belum hilang juga, termasuk goresan yang berada di pipi kanannya. Namun, itu tidak mengurangi kadar kecantikan gadis delapan belas tahun tersebut. Itu kata Om Gulanya.
"Nggak apa-apa, nanti juga hilang sendiri. Bekasnya juga kecil," ucap Elko yang sedang makan siang berdua. Rela jauh-jauh dari kantor hanya ingin makan berdua dengan pacar kecil yang sedang dalam mode buruk setelah diejek berulang kali oleh Marvel karena goresan tersebut.
"Kecil gimana? Ini panjang Om, sepanjang jalan kenangan Om sama mantan," jawabnya sambil terus melihat wajahnya dari balik kaca kecil dalam genggaman.
"Aku diem ya. Kamu sendiri yang bawa-bawa mantan. Awas saja kalau ngajakin perang." Pasalnya Elko itu tahu kalau Tinka memang tidak terlalu suka ketika membahas tentang mantan entah apapun jenisnya pembahasan tersebut. Tapi, kali ini malah gadis itu sendiri yang mulai membawa kata keramat tersebut.
"Ah bodo amat jelek." Akhirnya Tinka kesal sendiri dan memasukkan kembali kaca kecilnya ke dalam saku baju. Kemudian menyuapkan kembali makan siangnya.
Elko yang melihat hal tersebut hanya tersenyum dan menggeleng. Sepertinya itu cukup menjadi simulasi dirinya kalau-kalau nanti memiliki anak.
"Ya udah ... nanti ke dokter kulit aja. Mintain obat buat hilangin bekas luka." Pada akhirnya setiap kegundahan harus ada solusinya, jadi sebisa mungkin Elko harus berpikir cepat untuk mendapatkan jalan keluar secara cepat agar tidak semakin berlarut-larut.
"Mahal ah, nggak punya duit."
"Biasanya juga siapa yang bayarin?" Elko ini sedikit bingung memang. Tinka ini kadang gengsinya besar sekali, kalau ditanya butuh apa atau ingin apa jarang menjawab. Namun, kadang bisa tiba-tiba juga tidak tahu diri.
Tinka melirik tajam pada pria yang duduk berhadapan dengannya. Sendok yang semula berada pada genggaman sudah terlepas kembali ke atas piring dengan nasi yang sudah tinggal separuh.
"Oh, Om mau bilang aku matre, ya? Kan aku nggak pernah minta dibeliin aneh-aneh. Kemarin sepatu juga Om sendiri yang kasih, terus baju juga. Kalau laptop aku udah bilang mau bayar cicil, kan. Kalau nggak ikhlas bilang aja, Om. Jangan main sindir-sindiran."
Matilah kau Elko! Sudah tahu singa betina sedang naik gunung, malah dipancing-pancing.
"Ssstt ... pelan-pelan ngomongnya. Nggak usah ngegas." Pasalnya mereka ini sedang di tempat makan yang cukup ramai. Bahkan ada beberapa pengunjuk yang melirik ke arah mereka karena suara Tinka yang memang cukup keras.
Bukannya bagaimana, tapi Elko takutnya mereka berpikir yang tidak-tidak. Tinka masih memakai seragam sekolahnya dan Elko memakai jas rapinya, walaupun tidak memakai dasi, tapi mereka pasti bisa menilai akan jarak umur mereka.
Bisa bayangkan apa yang berada dalam pikiran orang-orang ketika melihat mereka? Pasti tetap negeatif, terlebih ucapan Tinka yang seolah-olah seperti Elko ini om-om genit yang sedang menyewa anak SMA untuk dijadikan simpanan.
"Emang kenapa? Malu?"
Elko memejamkan matanya sejenak. Jarinya sedikit memijit pelipisnya sendiri. Kalau sudah seperti ini semua yang keluar dari mulut akan tetap salah di mata singa betina beranak di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EL:Querencia [SELESAI ✔️]
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] Seorang ayah seharusnya menjadi cinta pertama untuk anak perempuannya. Namun, bagaimana kalau malah dialah yang menjadi alasan sakit hati dan fisiknya anak? Selama 18th Tinka tidak pernah merasakan sekali saja hangatnya pelukan seora...