6. Sedikit Luka Masa Lalu

1.3K 188 127
                                    

Akhirnya aku bisa update lagi 😍
Aku usahain buat update seminggu dua kali, ya.

Tapi nggak janji 🤣 wkwkwk
Pantengin terus aja pokoknya.



Happy reading 🌲🌲🌲



Karena hari masih menunjukkan pukul satu siang, akhirnya Tinka meminta Aydin untuk mengantarkannya ke rumah Tante Sonia.

"Lho ... kamu pindah rumah sekarang?" tanya Aydin setelah mereka sampai pada alamat yang diberitahukan oleh Tinka sebelumnya.

Aydin mengenal Tinka selama satu tahun, tepat saat gadis SMA itu mulai bekerja di Golden Mart. Sudah beberapa kali pula pria itu datang ke rumah Tinka, mungkin lebih  tepatnya mengantar seperti yang dia lakukan saat ini.

"Cuma aku, sih. Bapak sama Ibuk masih di rumah yang dulu."

Tangan Aydin terulur untuk menyentuh pelipis Tinka yang tertempel plester. "Si Johan lagi?" Seperti sudah kepalang hafal. Saking seringnya Tinka mendapat perlakuan kasar dari ayahnya sendiri.

Aydin memang selalu memanggil ayah Tinka dengan nama. Mungkin karena mereka memang saling kenal. Ya, setahu Tinka, Aydin adalah anak dari bos bapaknya.

Tinka menarik kedua ujung bibirnya ke atas. Mencoba memberitahu bahwa dirinya memang tidak apa-apa.

"Udah sana pulang," usir Tinka seolah memang tak perlu menjelaskan lebih lagi. Toh, tanpa dijawab Aydin sudah tahu sendiri.

"Mau ke kampus, ada kelas sore."

"Aku nggak nanya." Setelah menjulurkan lidahnya pada Aydin, Tinka langsung berlari ke dalam rumah. Meninggalkan pria itu yang masih tersenyum kecut di atas motor besarnya.

***

"Kok udah pulang, Ka?" tanya Sonia yang tengah memasukkan beberapa tas ke dalam kotak kardus.

Sedikit informasi, kalau Sonia itu memiliki bisnis jual beli tas. Bukan sejenis tas dengan harga setinggi langit, hanya tas yang memiliki harga sekitar tiga ratus ribu saja.

Rencananya beliau akan membuka toko juga di Bandung, karena toko yang berada di Jakarta sebelumnya memang sudah tidak bisa beliau handle lagi karena jarak. Sekarang toko itu dia alihkan oleh orang kepercayaannya, jadi semua pelanggan sebelumnya masih bisa menikmati tas milik Sonia.

"Ketua yayasan meninggal, Tan. Jadi, hari ini semua kegiatan diliburkan." Tinka segera membuka sepatunya dan meletakkannya di atas rak sepatu yang terletak di sebelah pintu masuk. Segera masuk ke kamar mandi untuk cuci tangan dan cuci kaki, baru masuk kamar dan mengganti bajunya.

"Mau Tinka bantu, Tan?" tawar Tinka setelah ikut duduk di atas karpet bulu  dengan beberapa tas yang memang sepertinya akan dikirim ke pelanggan.

"Tolong bungkus tas yang sudah di dalam kardus pakai buble wrap, ya. Tante mau print alamat dulu."

Tinka mengangguk pelan, kemudian segera berdiri untuk mengambil plastik buble wrap yang tergulung di pojok ruangan.

"Untung kamu sudah pulang. Hari ini pesanan banyak. Elko suruh bantu malah tidur."

"Om Elko udah pulang, Tan?" tanya Tinka yang sudah duduk kembali pada posisi semula.

"Sudah ... tuh, di kamar. Capek tante sebenarnya," keluh Sonia dengan tangan yang sudah berada di atas  keyboard laptop miliknya. Sedang cek ulang alamat sebelum di-print. Pesanan memang sebanyak itu, jadi takut kalau terdapat alamat yang salah atau pesanan yang tertukar. Bisa rugi nanti.

EL:Querencia [SELESAI ✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang