39. Last

970 157 86
                                    

🎶Lost Without You-
Freya Riding

Maybe, part ini bakal bawang banget sih.
Jangan lupa siapin tisu ya.




Happy Reading!
...

"Bapak jangan tidur." pinta Tinka ketika melihat mata sang ayah yang mulai menyipit. Tangan kirinya terus memegang luka yang berada di dada kiri sang ayah, mencoba untuk menahan darah agar tidak keluar. Walaupun rasanya seperti percuma.

"Ka-" panggil Johan dengan suara lirih.

Marvel yang mendengar dari balik kemudi hanya bisa menggigit kecil bibir bawahnya. Sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan.

"Iya, Tinka di sini, Pak."

Dalam pejaman mata, Johan tampak tersenyum kecil. Tangannya naik untuk menggenggam tangan putrinya.

"Bapak tahan, ya. Kita lagi di jalan. Bapak harus kuat. Harus."

Baru saja Tinka bisa merasakan pelukan hangat seorang ayah. Baru saja dia mendapatkan cinta pertamanya. Tinka tidak ingin itu cepat berlalu.

Beberapa kalimat yang tadi sore ayahnya ucapkan kembali terngiang di benaknya. Apakah itu sebuah pertanda?

"Vel, ayo cepetan!" teriak Tinka dari belakang. Merasa seolah mobil yang dilajukan oleh temannya tersebut tidak bergerak sama sekali.

"Iya, tapi ini macet, Ka. Kita nggak bisa gerak ke mana-mana."

Marvel sendiri ikut panik. Jalanan sore menjelang malam saat itu terlihat cukup padat, terlebih saat itu turun hujan yang cukup deras. Beberapa kali dia sampai menekan klakson mobilnya untuk memberikan peringatan pada kendaraan di depannya.

Tiga menit berselang, mobil sama sekali tidak ada pergerakan. Melihat itu, dengan pelan Tinka meletakkan kepala sang ayah pada jok mobil. Dia membuka pintu kemudian segera turun ke jalan.

"Mau ke mana?" tanya Marvel yang spontan membuka kaca pintunya dan sedikit melongok ke luar.

"Aku mau Bapak hidup, Vel."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut Tinka berlari ke depan. Dengan baju yang mulai basah, Tinka tampak sedang mengajak bicara beberapa pengendara motor di depan.

"Mas, tolong minggir sebentar! Saya lagi bawa bapak saya yang sekarang di mobil belakang," ucap Tinka menunjuk ke arah mobil Marvel. "Tolong, Mas! Bapak saya harus segera dibawa ke rumah sakit."

Dengan tangan yang saling menyatu di depan dada, Tinka memohon pada mereka dengan air mata yang tidak bisa berhenti mengalir bercampur dengan air hujan yang turun. Dengan perlahan akhirnya kendaraan mulai memberikan ruang kosong. Marvel pun mulai bisa melajukan mobilnya walaupun hanya berjarak beberapa meter.

Tidak sampai di situ, Tinka masih terus berlari ke depan memecah kepadatan.

"Tolong kasih jalan untuk mobil di belakang!" teriak Tinka lebih keras, menoleh ke kanan dan ke kiri secara bergantian. "Bapak saya sedang kritis. Saya mohon!" Sesekali gadis itu mengusap pipinya kasar.

***

Elko tengah duduk berdampingan dengan Latisya di dalam sebuah ruang rawat inap yang didominasi dengan warna putih di sekelilingnya.

"Maaf ya, Koo. Malah jadi ngerepotin kamu." Latisya merasa bersalah karena beberapa kali harus meminta bantuan pria yang berada di sampingnya tersebut.

EL:Querencia [SELESAI ✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang