17. Finally

1.2K 169 64
                                    

Jangan lupa follow IGku gays @pigeonpurple14

Sebelum baca, siapin bantal/guling. Duduknya di kasur aja ya 👀
Biar enak klo mau guling-guling


Happy Reading!

Rombongan kembali ke penginapan cukup larut malam. Sudah dikatakan kalau ke Malioboro itu akan menyita waktu yang cukup banyak. Bahkan rasanya itu saja masih kurang. Kalau pun bisa mereka ingin berkelana di kota Jogja sepanjang malam.

Elko pergi ke kamar mandi terlebih dahulu untuk membersihkan diri, sedangkan Tinka memilih untuk merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil menunggu giliran. Setelah sampai baru terasa capeknya.

Tak selang berapa lama Elko keluar dengan pakaian santainya. Celana kolor selutut dan juga kaos oblong biasa. Seraya mengusak rambutnya dengan handuk, dia melihat Tinka yang sudah memejamkan mata dengan nafas yang cukup teratur. Sepertinya nyenyak sekali. Bahkan sepatunya saja masih belum dilepas. Apakah selelah itu?

"Hei, bangun. Bersih-bersih dulu baru tidur," ucap Elko dengan sedikit menepuk pipi gadis tersebut. Setidaknya Tinka harus mencuci wajah dan juga kakinya agar saat bangun besok merasa lebih nyaman.

Namun, hanya gumaman yang Elko dapatkan. Gadis itu hanya mengganti posisi tidurnya dari terlentang jadi miring membelakanginya.

Elko masuk lagi ke kamar mandi, tak lama setelahnya dia keluar dengan handuk kecil di tangannya. Perlahan berjalan menghampiri Tinka, mengamati sejenak wajah gadis tersebut.

Elko jadi teringat bagaimana pertemuan kedua mereka. Gadis seusia Tinka harusnya sedang dalam masa perkembangan, masa dimana seorang remaja yang menikmati kehidupan sosialnya dengan teman dan lingkungan. Tapi, tidak bagi Tinka. Gadis itu harus mengalami berbagai macam hal yang terlalu berat untuknya, terlebih tidak ada tempat yang benar-benar bisa dia jadikan berkeluh kesah.

Elko kagum dengan gadis tersebut. Di balik luka yang bertahun-tahun dia dapatkan, Tinka masih bisa menjadi pribadi yang ceria di hadapan orang lain. Gadis itu didewasakan oleh keadaan dan hatinya haus akan kasih sayang.

Elko terus memandangi wajah Tinka yang terbias oleh sinar bulan yang masuk lewat jendela. Elko seperti ditampar oleh ingatan. Bagaimana dengan gampangnya dia meminta Tinka untuk dijadikan sebuah percobaan demi keegoisannya sendiri. Elko ingin mencoba melupakan masa lalunya dengan menjanjikan hal yang tidak pasti pada gadis tersebut. Tanpa tahu  bagaimana perasaan Tinka yang bisa kapan saja terluka kalau dia tidak bisa membuka hati.

"Maaf ... kamu pantas dapat yang lebih baik dari ini."

Setelahnya Elko melepas sepatu gadis tersebut, meletakkannya pada kolong ranjang. Kemudian mulai beralih membersihkan wajah, tangan dan kaki Tinka menggunakan handuk basah yang dia bawa.

"Mimpi indah." Satu kecupan mendarat tepat di kening Tinka. Mungkin kalau gadis tersebut dalam keadaan sadar, sudah dipastikan akan berteriak histeris atau malah seperti patung es (?)

***

Hari ini tidak ada jadwal kemana-mana. Pergi ke pantainya masih nanti sore, sengaja agar bisa melihat matahari tenggelam. Karena katanya sunset di Jogja itu penuh harapan di dalamnya. Hampir seperti bintang jatuh. Itu kata Tinka sebenarnya, entah hanya mitos atau buatannya sendiri.

Karena tidak ada kegiatan apapun Elko menggunakan sedikit waktunya untuk mengecek beberapa pekerjaannya. Atau mungkin lebih tepatnya mengurusi permasalahan proyek yang belum selesai sampai sekarang. Tidak ada titik maju atau mundur.

Tinka sendiri memilih untuk memainkan ponselnya dengan menyandarkan diri di kepala ranjang. Mengunggah beberapa potret dirinya yang kemarin sempat diambil di Borobudur dan juga Malioboro ke sosial media yang dia punya. Hanya untuk pemuasan diri. Sekalian pamer juga dengan Maura kalau dia sedang bersenang-senang.

EL:Querencia [SELESAI ✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang