Hi Poeny
Akhirnya One-A update jugaSiapa nih yang nungguin?
Btw bentar lagi ultahnya Om Gula ya?
Eh Adek deh kalo yang asli :D
Kasih ucapan di sini aja gpp kali ya :DOh ya, btw aku mau ubah gaya bahasanya Om Gula ya. Jadi, mungkin mulai part ini bakal dikit berubah. part yang sebelumnya juga mau aku revisi lagi. Karena menurutku aku terlalu ngikutin gaya bahasanya Tinka, jadi pas aku baca ulang kemarin agak nggak pas buat Om Gula yang notabennya jauh lebih tua. Semoga feel-nya makin mantep, ya.
Hapyy Reading!
Seumur hidup Tinka tidak pernah menyangka bahwa kenyataan yang tengah dia hadapi sekarang akan terjadi. Bahkan dalam kepalanya tidak pernah sekalipun mengira bahwa dia bukanlah anak kandung dari Johan. Sekalipun melihat bagaimana sang ayah yang tidak pernah sama sekali menunjukkan rasa kasih sayang pada dirinya.
Sejak dulu gadis tersebut hanya berpikir bahwa itu memang merupakan watak dari sang ayah. Terlebih memang dunia yang didalami Johan merupakan dunia hitam dan kejam, yang tak ayal dapat merubah pola pikir dan perilaku seseorang yang ada di dalamnya. Dan pada akhirnya sekarang Tinka mengetahui bahwa alasan sesungguhnya merupakan dia yang bukan anak kandung dari Johan. Benar-benar memilukan. Bahkan dunia tidak mengijinkan untuk dirinya melihat siapa ayah kandungnya sebenarnya.
Setelah mengetahui kenyataan tersebut, sekarang Tinka tidak pernah menyalahkan sang ayah atas semua perilaku yang ayahnya berikan. Dia sendiri tidak dapat membayangkan bagaimana selama ini sang ayah yang bertahan hidup satu atap dengan dirinya. Setiap hari melihat wajah seorang anak yang menjadi penyebab semua luka yang ayahnya rasakan.
Namun, ketika melihat bagaimana sorot mata sang ayah yang begitu membencinya saing tadi, hati Tinka begitu teramat sakit. Bahkan sampai sekarang dirinya masih menganggap bahwa Johan adalah ayah kandungnya. Dan kejadian siang benar-benar menyakitkan.
"Sayang, makan dulu, ya. Nanti baru minum obat." Tante Sonia yang baru saja masuk ke dalam kamar Tinka segera meletakkan satu mangkuk bubur dan juga satu gelas berisi air putih di atas meja belajar Tinka.
Tinka yang memang sebenarnya hanya memejamkan mata tanpa tidur tersebut langsung bangun dan duduk bersandar pada kepala ranjang. Bagaimana bisa tidur? Sekarang dia baru merasakan perih yang terasa dari dagu, tangan dan juga kakinya.
Dia tidak mengira bahwa kecelakaan tadi membuat seluruh tubuhnya jadi sakit. Kenapa saat tadi jatuh dia malah tidak merasakan apapun?
Tante Sonia duduk di tepian ranjang. "Masih sakit?" tanya wanita tersebut yang melihat perban pada beberapa anggota tubuh Tinka.
"Masih perih, Buk. Padahal tadi nggak kerasa apa-apa pas jatuh. Terus badannya juga pada pegel semua ini," jawab Tinka yang sedikit memijit lengannya.
"Kan pas jatuh pasti kaget, jadinya nggak kerasa apa-apa." Sekarang giliran Elko yang bersuara. Pria itu masuk dengan kaos oblong juga celana kolor. Rambutnya nampak masih basah, sepertinya habis mandi.
Author : Ya kali abis kecegur empang.
"Temenin ya, Ko. Ibu mau cek pesanan lagi," pinta sang ibu yang sudah berdiri dan mengusap lengan anaknya.
Setelah keluarnya sang ibu, Elko duduk pada tempat yang sebelumnya ibunya duduki.
"Aku suapin, ya," tawar Elko bersamaan meraih mangkuk bubur.
"Om nggak marah?"
"Marah soal apa?"
"Yang tadi pagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
EL:Querencia [SELESAI ✔️]
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] Seorang ayah seharusnya menjadi cinta pertama untuk anak perempuannya. Namun, bagaimana kalau malah dialah yang menjadi alasan sakit hati dan fisiknya anak? Selama 18th Tinka tidak pernah merasakan sekali saja hangatnya pelukan seora...