9. Kamu Tanggung Jawabku

1.3K 180 104
                                    

Jangan lupa suport me

Follow IG @pigeonpurple14

Udah pada tidor belomm?

Sini absen dulu gaes


🌲🌲🌲


Pernah tidak dipaksa oleh keadaan untuk bisa melakukan hal yang sebenarnya terlalu berat untuk kita jalani? Tidak dilakukan mendapat masalah, tidak dilakukan malah menambah beban diri sendiri. Rasanya sudah seperti es serut dengan taburan sianida saja. Itulah yang tengah Tinka rasakan.

Jam istirahat dia gunakan untuk belajar dan belajar. Sebenarnya bisa saja dia menangkup pelajaran yang tengah dia pelajari saat ini, tapi rasanya kalau harus bersaing dengan manusia-manusia canggih nan pintar di kelasnya seperti sedang mengangkat beban hidup satu kampungnya. Belum eksekusi sudah menyerah sendiri.

"Nih, makan dulu." Maura menyodorkan dua potong roti yang baru saja dia bawa dari kantin sekolah. Beruntung sekali Tinka punya teman sebaik Maura. Mau menemani di saat susah begini. Itu namanya baru sahabat. Kalau kalian memiliki seseorang seperti Maura, tolong jangan dilepaskan. Karena manusia seperti itu sangat jarang ditemukan pada peradaban saat ini, terlalu langka.

"Maacih," bisik Tinka dengan satu cengiran yang menghiasi wajah. Tau saja kalau dia sudah lapar.

"Soal yang aku kasih kemarin udah dikerjain?"

"Baru kelar lima. Tadi malem udah ngantuk banget."

"Coba aku lihat." Maura mengambil buku di depan Tinka. Segera melihat bagaimana hasil dari sedikit penjelasan Maura kemarin pada temannya tersebut.

"Astaga Tinka! Baru dikerjain lima, tapi cuma bener satu doang."

Tinka hanya meringis, ternyata dugaannya salah. Sepertinya IQ miliknya sudah menurun semenjak tidak pernah membuka buku pelajaran miliknya beberapa bulan. Padahal waktu SD dia selalu masuk lima besar. Apakah otaknya makin tidak ada isinya? Kalau begini, sepertinya akan sangat sulit untuk bisa masuk dalam sepuluh besar.

"Kamu paham nggak, sih, yang aku jelasin kemarin?" tanya Maura lagi. Matanya memincing menyeramkan.

"Kemarin paham, tapi pulang kerja lupa lagi. Kayaknya enakan ngitung duit dari pada ngitung angka pangkat-pangkat begini, deh." Kemarin Tinka memang merasa sudah sangat paham dengan apa yang dijelaskan oleh Maura sewaktu belajar dengan Maura di taman belakang sekolah sewaktu pulang. Tapi, kenapa saat eksekusi pada latihan soal malah jadi berubah semua? Ini yang salah dirinya atau Maura yang memang memberi soalnya tidak tepat dengan materi yang sudah diberikan?

"Kamu tu cuma perlu fokus, Ka. Kalau diselingin sama banyak kegiatan jadi suka kabur pelajarannya."

Tinka akui kalau otaknya memang tidak bisa sekompleks itu. Dia tipe orang yang hanya bisa fokus pada satu kegiatan saja, tidak bisa diusik dengan kegiatan apa pun.

"Ajarin lagi ya, Ra," kata Tinka dengan kedua telapak tangan yang tertangkup di depan dada, memohon.

Maura menghela nafas pasrah. Tidak ada pilihan lain. Walaupun membuat naik darah, tapi begitu juga temannya sendiri.

***

Hari ini Tunas Harapan dipulangkan satu jam lebih awal. Katanya ada rapat mendadak yang diadakan oleh ketua yayasan. Enak sekali ya kalau punya kekuasaan. Apapun juga tinggal perintah.

EL:Querencia [SELESAI ✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang