Malam epribadeh
Sudah berapa abad nih nggak update
Berasa udah bersarang nih lapak yak :DOke
Ini buat kalian yang udah ngirim bom sama santet 🤧
PUAS KALIAN!Jangan lupa vote dan komen sayang-sayangkuh
Happy Reading!
Tiga bulan berlalu.
Selama itu pula Tinka sudah menjalani kursusnya diam-diam, belum berani untuk mengatakan pada yang tersayang.Beruntung kalau masalah seni, dia itu cukup cepat tanggap. Jadi, walaupun hanya satu jam setiap hari, dia sudah cukup menguasai beberapa tehnik menjahit. Hanya saja mungkin untuk pembuatan pola dia belum begitu mahir. Terlalu banyak perhitungan.
"Masih belum bilang sama Om Gula?"
Duduk berdua di taman sekolah dengan Maura yang masih setia dengan buku di tangannya. Bukan buku mata pelajaran, hanya novel ringan untuk melepaskan penat dalam kepala.
Menghela napas sejenak. "Nanti aja kayaknya kalau udah deket. Mau nggak mau, pasti dia pasti kasih ijin."
Maura menggeleng pelan. "Kalau itu malah bikin dia marah sama kamu gimana? Secara ngga langsung kamu udah bohong sama dia."
"Aku nggak bohong. Cuma nggak ngomong."
"Bohong sama siapa?"
"Marvel, gila, ya! Nggak bisa apa kalau nggak dateng tu pake salam. Jangan dadakan gini!" bentak Maura yang membuat Tinka yang memang sudah melihat kedatangan Marvel jadi tertawa.
"Nggak dadakan lho ya. Tu nyatanya Tinka aja nggak kaget. Emang kamunya aja yang kagetan," bela Marvel pada diri sendiri. Dengan santainya menyeruput jus mangga yang berada di atas meja.
"Jorok, Vel. Itu, kan, minumanku. Beli sendiri sana!"
Karena jengkel, dengan sengaja Marvel malah menyeruput habis jus tersebut. "Nggak jadi jijik, kan?" ucapnya enteng. "Nih, aku ganti. Silahkan beli yang baru sama mbak jusnya juga boleh," tambah Marvel bersamaan meletakkan satu lembar uang ke atas buku yang sedang Maura baca.
Dengan tampang kesal, Maura berdiri dari duduknya. "Marvel, nyebelin!"
"Iya ... iya, i love you too."
Setelah kepergian Maura. Kini tinggallah mereka yang hanya duduk berdua.
"Kamu udah tahu, Vel?"
Marvel hanya tersenyum dan mengangguk.
"Kok nggak ditembak? Apa kamu udah punya gebetan lain?"
"Kan, aku sukanya sama kamu, Ka. Tapi, kamunya malah suka sama om-om."
"Vel, serius."
"Aku juga serius. Walaupun aku memang suka bercanda, tapi soal perasaan, aku nggak pernah main-main. Iya, aku tahu kalau Maura suka sama aku. Makanya aku sering nunjukin perasaanku ke kamu di depan dia. Tahu kalau pasti dia sakit hati, tapi dari pada dia makin berharap tinggi."
"Vel ..." ucap Tinka memelas. Menyayangkan sikap yang Marvel tunjukkan. Ada rasa tidak nyaman di sana.
"Iya, Ka, aku juga tahu. Mau aku berusaha apa pun juga kamu nggak bakal mau. Tapi, aku juga nggak bisa untuk bohong sama perasaanku sendiri."
"Maura orangnya tulus, Vel. Kamu bisa kok, asal mau buka hati."
"Dan sayangnya aku bukan tipe yang kayak gitu, Ka. Nggak mau kalau coba-coba, nanti berujung Maura yang malah sakit karena aku yang nggak bisa seratus persen sama dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
EL:Querencia [SELESAI ✔️]
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] Seorang ayah seharusnya menjadi cinta pertama untuk anak perempuannya. Namun, bagaimana kalau malah dialah yang menjadi alasan sakit hati dan fisiknya anak? Selama 18th Tinka tidak pernah merasakan sekali saja hangatnya pelukan seora...