31. Always know II

952 141 75
                                    

Halo epribadeh!
Sehat nyak?

Makasih sebelumnya buat yang semangat nagihin.
Gila, semangatku kembali membara 😂

Kalo ada typo jan lupa digaplok ya authornya. Maklum ratunya typo. Semoga bisa segera tobat nih jari.

Jangan lupa hari ini konser onlennya Bangtan😍😍😍
Btw, aku mau mengingatkan aja buat para Army. Please! Jangan jadi Army toxic ya. Selalu dalam jalur kalian. Nggak usah ribut2 oke!
Jadilah Army kebanggan Bangtan dengan good atitude kalian.

Sayang kalian banyak-banyak
💜💜💜💜💜💜💜

Happy Reading!

Bisa memiliki pria seperti Elko dalam hidup Tinka itu seperti sebuah keajaiban yang Tuhan berikan. Seperti sebuah titik terang ketika dirinya tengah berada di lorong yang sangat gelap. Seseorang yang datang begitu tepat ketika Tinka merasa benar-benar berada di titik terendahnya.

Terkadang gadis yang memiliki rambut sebahu itu sering bertanya pada dirinya sendiri. Sebenarnya negara mana yang pernah dia selamatkan? Sampai dia dikirimkan Tuhan malaikat berwujud manusia seperti Elko.

Bahkan saat dia marah seperti ini saja, pria itu masih tetap saja memberikan perhatian penuh. Benar-benar gambaran pria sempurna. Walaupun di dunia ini memang tidak akan pernah ada manusia yang diciptakan sempurna.

Entahlah, bagi Tinka semua yang ada pada Elko selalu sempurna di matanya. Seperti sekarang ini. Pria itu masih dengan pakaian kerjanya. Kemeja biru laut yang dimasukkan ke dalam celana. Lengan bajunya sengaa digulung sampai siku, menampilkan guratan otot tangan yang cukup menonjol. Sepertinya memang melakukan latihan fisik setiap minggu berhasil membentuk tubuh pria itu dengan baik.

"Aku bisa makan sendiri Om, nggak perlu disuapin begini." Tinka sudah memasang wajah cemberut, tapi tetap membuka mulut ketika diberi suapan.

Sesampainya di rumah, Tinka langsung disuruh untuk membersihkan diri. Sedangkan Elko menggunakan ketrampilan masaknya untuk membuatkan nasi dengan telur mata sapi untuk Tinka. Sudah cukup cocok untuk menjadi suami memang. Hanya tinggal menunggu si pacar kecil untuk siap diajak budi daya.

"Kalau nggak disuapin nanti makannya pasti sedikit. Nanti tambah sakit." Tahu betul kalau gadisnya tersebut tidak akan makan dengan benar kalau dibiarkan melakukan sendiri.

"Emang aku anak kecil?"

"Memang masih kecil."

"Udah gede!" ketus Tinka tidak terima. Mentang-mentang sudah berumur seenaknya menghina. Delapan belas tahun itu bagi Tinka sudah cukup dewasa.

"Orang besar itu nggak ngambek-ngambekan. Kalau ada masalah dibicarakan, bukannya menghindar," sindir Elko. Walaupun tidak bermaksud benar-benar serius dengan ucapannya.

Mendengar hal itu, Tinka jadi membungkam mulutnya sendiri ketika Elko menyodorkan suapan lagi. Sebagai wujud penolakan dan protes akan kalimat yang keluar dari bibir pria tersebut.

Elko menghela napas sejenak. "Habiskan dulu makannya."

"Om bilang aku kekanak-kanakan?" tanya Tinka meminta penjelasan dengan sorot mata seolah kecewa.

"Aku nggak bilang begitu," bantah Elko mencoba membela diri.

"Tapi, nada bicara Om seolah ngomong kayak gitu. Aku marah juga bukan tanpa alasan. Emang nggak boleh kalo ngerasa kecewa udah dibohongin pacar sendiri?" Dan akhirnya keluar juga ucapan kecewa Tinka di depan pacarnya.

Elko meletakkan piringnya kembali. Sedikit menggeser kursi untuk dihadapkan pada gadis yang berada di sampingnya tersebut. Ingin memberi memberikan seluruh fokusnya.

EL:Querencia [SELESAI ✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang