Jangan lupa follow IG aku ya @pigeonpurple14
Aku banyak kasih asupan di sana.
Jadi sambil nunggu update, kalian masih bisa berhalu ria 🤣Penghibur di kala PPKM
Semangat ya buat kalian semua 🤗
Absen emot purple love yuk 💜
Happy reading!
Dua hari sebelum Elko mengajak Tinka untuk ikut liburan acara kantornya, pria itu sudah memikirkan semuanya dengan matang. Bahkan dia sempat bertanya juga dengan sang ibu untuk mengambil sebuah keputusan.
"Koo, jangan dibuat mainan. Kalau kamu memang suka, beri dia kepastian. Tapi, kalau kamu hanya membuat Tinka sebagai pelarian. Hentikan sekarang juga. Ibu tidak suka anak ibu berperilaku bukan seperti pria."
Berkali-kali meyakinkan diri sendiri bahwa keputusan yang dia ambil benar-benar tepat dan tidak akan melukai salah satu atau bahkan keduanya. Ibunya benar, menggunakan seseorang untuk melupakan masa lalu bukanlah hal yang baik.
Bukan sebuah kepastian hati yang ada. Namun, hanya beban yang selalu bertambah setiap harinya. Beban di mana Elko merasa takut apabila dia malah menyakiti Tinka, atau malah harus terus berpura-pura pada dirinya sendiri.
"Kirain nggak jadi ikut," ucap salah satu rekan kerja Elko yang menyambut kedatangannya. Wanita itu merupakan atasan Elko.
Mereka berkumpul di halaman kantor. Sengaja karena nanti bisa menitipkan mobil masing-masing di basement. Setidaknya saat ditinggal nanti ada satpam yang akan menjaga mobil mereka. Jadi, mereka lebih tenang menikmati dua hari liburan di Jogja.
"Wah, udah punya pacar Pak Elko, ya?" tambah seorang wanita dengan gaun merah sepaha yang baru saja datang dan menghampiri mereka.
Dari penampilan saja Tinka sudah yakin bahwa mereka semua adalah orang-orang dalam taraf ekonomi di atas standar. Ditambah lagi juga paras mereka yang tidak main-main. Tinka jadi minder sendiri. Jangankan untuk merawat diri, memakai skincare setiap hari saja dia sudah bersyukur.
Mungkin saat dia sudah dewasa nanti dia akan memakai sebagian uang hasil kerjanya untuk merawat diri. Dengan pergi ke klinik kecantikan, mungkin (?) Sebagai reward untuk diri sendiri. Ah, itu benar-benar impian semua perempuan sepertinya.
"Ini—"
"Saya ponakannya," potong Tinka. Sedikit menyikut pinggang Elko agar tidak melanjutkan apa yang ingin pria itu ucapkan.
"Oh, ponakan. Kirain pacarnya."
Tinka hanya menarik bibirnya dan tersenyum lebar. Memang sengaja tidak ingin membuat masalah saja. Sudah pasti kalau menjelaskan statusnya, tidak semua orang akan menilai dengan cara yang positif. Untuk cari aman, berbohong adalah hal yang lebih baik. Itu menurut Tinka.
Dia malas sekali membuat orang lain berfikir macam-macam tentang dirinya.
Ternyata benar, tidak banyak yang ikut. Total keseluruhan ada lima belas orang. Dan ternyata hanya delapan orang yang merupakan karyawan di sana. Lima orang lagi dari pasangan masing-masing termasuk Tinka dan juga dua lagi anak kecil.
"Om, pengen ke kamar mandi dulu."
Kebiasaan Tinka memang. Suka sekali bocor tiba-tiba. Dia itu minumnya banyak, jadi pengeluarannya juga bisa sangat sering.
"Itu, deket pos satpam ada toilet. Mau aku anter?"
"Eh, nggak usah. Emangnya anak kecil."
"Ya udah buruan! Sepuluh menit lagi kita berangkat."
KAMU SEDANG MEMBACA
EL:Querencia [SELESAI ✔️]
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] Seorang ayah seharusnya menjadi cinta pertama untuk anak perempuannya. Namun, bagaimana kalau malah dialah yang menjadi alasan sakit hati dan fisiknya anak? Selama 18th Tinka tidak pernah merasakan sekali saja hangatnya pelukan seora...