1. Start

2.5K 289 283
                                    

Anyeong!

Author Ungu balik lagi 😁

Jangan lupa Vote dan komen ya!
Biar aku happy juga dan cepet update juga.

Btw umur kalian berapa, sih?

Sini komen dulu.
Biar pas gitu nanti cantumin tulisannya 👀

Jangan ngaku2 18+ ya 🤣🤣🤣



Kata orang-orang, kehidupan Sekolah Menengah Atas itu masa-masa ternikmatnya manusia. Latinka tidak begitu mengerti apa yang orang-orang sebut nikmat itu, nikmat yang bagaimana? Menurut gadis delapan belas tahun itu rasanya sama saja, semakin bertambah usia manusia, semakin bertambah pula beban masalahnya. Mereka memiliki taraf permasalahan sesuai dengan porsi mereka masing-masing. Kalau bisa, Latinka malah ingin kembali lagi pada masa Sekolah Dasar saja. Di mana masalah terbesar adalah dia yang tidak bisa memakai bajunya sendiri atau sekedar hanya untuk menyuapkan nasi pada mulutnya.

Oh ya, namanya Latinka Nirwana, orang-orang memanggilnya Tinka. Gadis itu tinggal di sudut kota kembang, Bandung. Bukan daerah terpencil, tapi tidak di pusat kota juga. Di sana kehidupan masih sangat asri, pepohonan hijau juga masih banyak, tapi tidak sebanyak dulu.

Sekarang banyak sekali pabrik-pabrik yang mulai dibangun di sana. Katanya sih, pindahan dari Jakarta. Mungkin karena UMR di Bandung masih di bawah UMR rata-rata di Jakarta, itu menjadi peluang para pemilik perusahaan besar untuk meraup keuntungan tanpa harus membayar karyawan dengan gaji yang tinggi pula. Latinka tidak begitu peduli. Ya, begitulah sistem kehidupan berjalan. Setidaknya dia masih bisa makan, itu saja sudah cukup. Ah, tunggu! Jangan hanya makan juga sebenarnya. Manusia juga butuh biaya untuk mendukung kehidupan yang lain.

"Teh, saya nitip nampannya, ya!"

Beginilah kegiatan keseharian Latinka, berjualan susu kedelai di depan pabrik garment. Apa dia tidak sekolah? Tentu saja Tinka sekolah, dia masih kelas sebelas di SMA Tunas Bangsa.

Tinka bukanlah anak dari orang kaya, jadi dia harus membantu ibunya berjualan, sang ibu sudah sedikit tua jadi Tinka merasa tidak tega melihatnya bersusah payah sendiri disaat bapaknya sendiri yang seharusnya bertugas mencukupi kebutuhan mereka malah berkelakuan seperti itu.

Setiap pagi Tinka harus berlari menuju gedung sekolahnya. Jaraknya lumayan dekat dari tempat dia berjualan, tapi karena waktunya yang sudah sangat mepet, jadi Tinka harus cepat-cepat sampai. Kalau tidak, dai pasti sudah dihukum oleh Pak Kamsir, satpam sekolah.

"Udah ngerajin PR Matematika?"

Itu suara Maura yang sudah duduk manis di sebelah bangku tempat Tinka meletakkan bokongnya nyaman. Si cantik yang selalu juara satu di kelas. Tidak hanya pintar, Maura juga anak orang kaya. Siapa yang tidak tahu Yanuar Hamar (?) pemilik pabrik kayu yang cukup besar. Terkadang Tinka merasa iri dengan Maura, kehidupan temannya itu sungguh sempurna. Namun, ada sebuah rahasia yang membuat Tinka tidak ingin menjadi Maura.

Maura itu baik, walaupun kaya raya dia tidak pernah malu memiliki teman yang sedikit pintar seperti Tinka. Kalau Maura juara satu, Tinka berada di posisi dengan ditambah angka lima di belakangnya, jadi lima belas. Lumayan, kan? Dari dua puluh lima siswa yang ada di kelas.

Itu hal yang wajar, karena Tinka memang jarang sekali belajar. Bukannya malas, tapi dia tidak memiliki waktu yang banyak di rumah untuk bisa membuka buku lagi. Setiap pulang sekolah Tinka akan langsung pergi ke mini market untuk kerja part time.

EL:Querencia [SELESAI ✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang