40. Fakta

930 156 84
                                    

Maaf karena telat update 🙃
Jangan lupa besok pada ikutan PO novel VIN di shopee ya.

Jangan sampai nggak
Aku maksa 🤣

Tolong abaikan typo
Aku belum baca ulang soalnya.

.
.
.

Happy reading!

"Ka, mau sampai kapan kamu biarin Elko di depan?" tegur sang ibu yang entah sudah ke berapa kalinya. Paham kalau putrinya masih dalam masa berkabung, tapi sikapnya tidak bisa terus menerus dibiarkan. Waktu sudah berlalu sepekan lama.

"Kan, Tinka udah bilang. Suruh dia pulang aja, Buk." Gadis yang tengah terbaring di kasurnya itu masih tetap kekeh dengan pendiriannya. Masih merasa apa yang dia lakukan adalah yang terbaik untuk dirinya.

Hanya helaan napas yang keluar dari hidung Wining. Walaupun bukan anak kandung, sepertinya keras kepala adalah salah satu sifat yang diwariskan oleh mendiang suaminya.

"Mau sampai kapan?"

"Nggak tahu, Buk," jawab Tinka yang sebenarnya pertanyaan itu sudah berulang kali terlintas dalam kepalanya. Bertanya pada diri sendiri, akan sampai kapan dia terus merasakan perasaan tidak nyaman itu.

"Kamu nggak bisa terus bersikap seperti ini, Ka. Kamu nggak kasihan lihat Elko yang setiap hari datang dan setiap hari juga kamu perlakukan seperti ini? Padahal dia nggak salah apa-apa."

Ada hening sejenak yang menyelimuti ruangan tersebut. Hanya ketukan jarum jam yang tersisa. Memang benar apa yang dikatakan sang ibi bahwa Elko tidak salah apa-apa dalam hal kematian Johan.  Hanya saja pria itu salah atas rasa kecewa yang dirasakan oleh Tinka. Pelampiasan (?)

"Kamu marah karena ayahmu meninggal atau karena alasan dia mengabaikanmu? Kalau alasan yang pertama ... sudah cukup sekarang, Ka, tapi, kalau kamu marah karena alasan yang ke dua, kamu keterlaluan."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Wining segera berbalik untuk meninggalkan putrinya. Sampai kakinya sudah menyentuh ambang pintu, perempuan paruh baya itu menoleh lagi ke belakang.

"Kalau sakit, cari obat. Bukan malah membiarkannya. Kamu sudah besar, sebentar lagi mau ke Jepang, 'kan? Kalau sikapmu seperti ini, bagaimana mau beradaptasi dengan orang asing? Keluar dan temui Elko, bicarakan baik-baik, cari jalan tengahnya. Jangan hanya menganggap perasaanmu yang paling benar sendiri seperti ini."

***

Setelah mendapat teguran dari sang ibu, Tinka akhirnya keluar untuk menemui Elko yang hampir satu jam duduk di ruang tamu.

"Kenapa nggak pulang?" tanya gadis itu bersamaan membuka lemari pendingin dan mengambil satu botol teh kemasan. Ruangannya memang tidak begitu besar, ruang tamu dan dapur hanya tersekat oleh lemari kecil yang digunakan untuk meletakkan televisi mereka.

"Ibuk ke pasar."

"Ditanya apa, jawabnya apa." Tinka lekas duduk pada sofa yang sama dengan Elko. Sedikit menciptakan jarak untuk tidak begitu dekat.

"Udah makan?" tanya Elko meletakkan ponselnya di atas meja.

"Basi deh pertanyaannya. Nggak sekalian udah mandi atau belum?" Sumpah, pertanyaan semacam itu bukan Tinka sekali. Basa-basinya terlalu basi.

"Udah mandi?" tanya Elko dengan sengaja. Bibirnya tersenyum melihat bagaimana ekspresi dari pacarnya.

"Om!"

EL:Querencia [SELESAI ✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang