"Aku pulang," Ucap seorang lelaki yang memasuki rumah dengan raut tidak semangatnya.
Saat akan menaiki tangga ia terkejut karena menemukan sosok seseorang yang sedang duduk di meja makan. "Tumben papa udah pulang?" Tanya Eno pada sosok yang ia sebut papa itu.
"Sengaja, papa pengen cepet-cepet tau pembagian kelas kalian." Jawab Doni, papa Eno setelah menyeruput kopi susu dihadapannya.
"Eric mana? Kok gak bareng?" Tanya Doni saat menyadari bahwa Eno hanya seorang diri.
"Gak tau," Jawab Eno singkat.
Tak lama kemudian terdengar suara yang terdengar dari arah ruang tamu. "Aku pulang," Ucap seorang lelaki yang juga ikut terdiam saat menyadari ada sosok ayahnya diruang makan dan saudara kembarnya yang berdiri tidak jauh dari tempat ayahnya duduk.
"Nah, itu dia." Ujar Doni setelah melihat kehadiran anak laki-lakinya yang lain.
Eric pun melangkah mendekat ke arah Eno dan ayahnya. "Tumben papa udah pulang?" Tanyanya yang juga merasa heran seperti halnya Eno.
"Bisa sama gitu ya pertanyaan kalian." Celetuk Doni masih dengan wajah tanpa ekspresinya.
"Hari ini kan hari pertama kalian jadi siswa kelas 11. Otomatis hari ini kalian dibagi kelas sesuai minat bakat kalian kan. Nah papa pengen tau dimana kelas kalian sekarang?" Jelas Doni menyampaikan maksud kepulangannya yang cepat padahal biasanya ia selalu pulang malam dari rumah sakit.
"Mulai dari Bastian." Sambung Doni memusatkan atensinya pada Eno.
Eno sempat ragu untuk menjawab. Namun ia tidak memiliki pilihan lain selain menjawab pertanyaan dari sang ayah. "Em... XI IPA 4," Jawab Eno tanpa melihat ke arah ayahnya.
Reaksi Doni? Jelas ia sangat terkejut dengan jawaban Eno. Sangat terkejut.
Eric? Jelas dia sudah tau dimana kelas kembarannya itu. Awalnya ia juga sama terkejutnya dengan sang ayah. Bahkan lebih terkejut saat mengetahui kelas yang ia dapat.
"XI IPA 4?! Serius kamu? Gimana bisa?!" Sentak Doni. Jelas ia sangat terkejut. Bagaimana tidak, ia sangat yakin bahwa Eno akan mendapat kelas XI IPA 1. Namun saat ini malah Eno memberitahunya bahwa ia berada di XI IPA 4.
"Aku juga gak tau. Aku juga sama kagetnya kaya papa." Jawab Eno seadanya.
"Ya kamu harusnya protes dong sama guru kamu. Gimana sih kamu, masak ditempatin di IPA 4 kamu diem aja?" Racau Doni frustasi.
"Aku udah protes. Tapi gak ngaruh apa-apa." Jawab Eno yang jadi merasa kesal karena seakan disalahkan oleh sang ayah.
Doni menyugar rambutnya ke belakang dan menyeruput kembali kopinya untuk menenangkan diri.
Doni menghela napasnya panjang. "Kalau kamu Eric?" Tanyanya setelah merasa lebih tenang.
"XI IPA 1," Jawab Eric yang membuat baik ayahnya ataupun Eno sama-sama terkejut hingga membulatkan matanya.
"XI IPA 1?" Ulang Doni yang dibalas anggukan oleh Eric.
Kok bisa Eno juga ikut terkejut? Iyalah, dia kan terlalu fokus karena dapet XI IPA 4. Sampe gak penasaran sama kelas kembarannya.
"Serius?" Ceplos Eno dengan raut wajah bertanya-tanya.
Eric mengendikkan bahunya. "Lo pikir lo doang yang bisa masuk IPA 1?" Sarkas Eric merasa kesal karena reaksi yang diberikan oleh Eno dan ayahnya menggambarkan seakan-akan sangat mengejutkan seorang Eric bisa masuk di XI IPA 1 sedangkan Eno tidak.
"Udah kan? Aku ke kamar dulu." Pamit Eric dan segera bergegas menuju kamarnya.
Ini memang bukan pertama ataupun kedua kalinya sang ayah seperti meremehkan dirinya. Ia juga sudah terbiasa dengan sang ayah yang selalu membangga-banggakan Eno. Tapi tetap saja ia merasa kecewa karena sang ayah yang tidak mengapresiasi apa yang telah ia dapat. Ya, sang ayah hanya fokus pada Eno, Eno, dan Eno. Eric pun tak mengerti apa alasannya. Tapi yang jelas sehebat apapun Eric, selalu lebih hebat Eno dimata sang ayah. Namun memang nyatanya Eno lebih hebat dari Eric. Tapi tetap saja mereka kan anak kembar, tidak seharusnya sang ayah selalu mengunggulkan Eno dan tidak pernah memujinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Class: ExSiFo
FanfictionDitempatkan di kelas yang dijuluki kelas keramat dan tak memiliki masa depan, membuat 24 anak itu menolak dengan keras. Bahkan peringkat 5 besar dalam satu angkatan yang seharusnya berada di kelas XI IPA 1, kini juga terdapar di kelas yang dipandang...
