Bel masuk setelah jam istirahat telah berbunyi. Semua siswa berbondong-bondong memasuki kelas masing-masing sebelum guru memasuki kelas. Sama halnya dengan para siswa kelas XI IPA 4. Semua sudah ada di kelas, namun Malvin tidak menemukan keberadaan Leo. Di kantin tadi pun ia tidak melihat batang hidungnya. Entah pergi kemana dia saat ini.
Malvin pun melihat kertas berisi nomor hp teman-temannya untuk melihat nomor hp Leo dan berniat menghubunginya. Namun saat tersadar bahwa nomor hp Leo tidak hanya ada satu, Malvin jadi bingung hp mana yang sedang Leo bawa dan nomor mana yang harus Malvin hubungi.
Saat akan menyimpan nomor-nomor hp Leo, seorang guru memasuki kelas. Malvin pun mengurungkan niatnya dan menyimpan hp nya.
"Selamat pagi," Sapa seorang guru perempuan memasuki kelas.
"Pagi buu," jawab para siswa serempak.
Guru perempuan itu, atau biasa disapa Bu Bona duduk di kursi guru dan memperhatikan para siswanya.
"Itu kok ada kursi kosong kemana anaknya?" Tanya Bu Bona saat mendapati kursi Leo yang tidak berpenghuni.
Para siswa serempak diam, bingung harus menjawab apa.
"Leo tadi marah bu, soalnya dia difitnah sama beberapa anak." Adu Yuna.
Beberapa anak di kelas itu pun membulatkan mata tidak percaya dengan apa yang diucapkan Yuna.
"Najis cepu banget!" Gumam Jia pelan sembari menatap Yuna tidak suka.
"Leo? Leonardo maksudnya? Difitnah apa? Siapa yang ngefitnah?" Rentetan pertanyaan Bu Bona meminta penjelasan.
"Iya bu Leonardo. Rima bilang katanya Leo itu nyogok sekolah biar bisa masuk 5 besar ranking paralel bu. Terus Jia sama Derry ikut-ikutan. Akhirnya Leo nya marah bu." Ujar Yuna langsung menjelaskan. Padahal tadi Malvin sudah akan menjelaskan pada Bu Bona, tapi ia keduluan oleh Yuna.
"Nyogok? Apa maksud kalian? Ayah Leo itu memang donatur besar di sekolah. Tapi bukan berarti Leo akan nyogok buat bisa masuk 5 besar ranking paralel. Leo itu memang anak yang cerdas. Jadi wajar dia bisa masuk ke 5 besar bahkan tanpa menyogok sekolah." Tutur Bu Bona pada mereka.
"Gak cuma buat Leo aja, tapi buat yang lain juga. Jangan suka buat cerita yang belum tentu kebenarannya kayak gitu. Gimana kalau anak kelas lain denger terus jadi berpikir hal yang sama. Kalau memang mau bercanda ya jangan sampai keterlaluan ya." Lanjut Bu Bona menasihati.
"Ya sudah, jangan lupa nanti minta maaf sama Leo. Kalian itu teman sekelas, harusnya bisa saling support satu sama lain, bukan malah saling fitnah kayak gitu." Tutur Bu Bona.
"Baik bu, nanti kami akan minta maaf sama Leo." Ucap Malvin mewakili teman-temannya.
Bu Bona tersenyum maklum. "Ya sudah kita mulai pelajarannya ya."
"Oh iya, ini XI IPA 4 ya?"
"Iya bu,"
"Jarang-jarang XI IPA 4 ada masalah sama temen sekelas."
"Serius bu? Berarti dulu mereka kompak banget dong?" Tanya Haekal penasaran. Pasalnya ia tidak pernah tahu mengenai interaksi penghuni XI IPA 4 dulu. Ia hanya mengetahui bahwa kelas mereka sangatlah hening.
Bu Bona menggeleng pelan. "Gimana bisa kompak. Mereka aja gak pernah berinteraksi satu sama lain."
Mereka pun membulatkan mata tidak percaya. "Sama sekali bu?" Tanya Raka ingin lebih mengetahui.
"Iya, mereka terlalu sibuk dengan diri mereka sendiri, bagi mereka berbincang dengan orang lain itu tidak terlalu penting."
"Egois dong bu?" -Tere
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Class: ExSiFo
FanfictionDitempatkan di kelas yang dijuluki kelas keramat dan tak memiliki masa depan, membuat 24 anak itu menolak dengan keras. Bahkan peringkat 5 besar dalam satu angkatan yang seharusnya berada di kelas XI IPA 1, kini juga terdapar di kelas yang dipandang...