28. Manusia-Manusia Gamon

470 58 10
                                    

Perlu diketahui bahwa meskipun banyak yang tidak menyukai murid-murid di XI IPA 4, bahkan bisa dibilang hampir satu sekolah tidak menyukai mereka. Namun, hal tersebut tidak membuat mereka enggan untuk mengikuti kegiatan di sekolah, salah satunya yaitu ekstrakurikuler. Bahkan bisa dibilang para penghuni kelas XI IPA 4 itu sangat bersemangat ketika jadwal mereka ekskul tiba. Tidak peduli dengan orang-orang yang membicarakan mereka baik di depan atau di belakang, mereka hanya menikmati waktu ekskul yang mereka anggap sangat berharga.

Seperti hari ini yang merupakan jadwal ekskul cheerleader, dance, dan basket. Siswa-siswi XI IPA 4 yang mengikuti ekskul tersebut pun masih menetap di sekolah meskipun bel pulang telah berbunyi. Yang tidak mengikuti ekskul? Jelas sudah pulang. Bahkan ada yang sudah meninggalkan sekolah beberapa menit sebelum bel berbunyi. Coba tebak siapa? Yap, Derry.

Tapi berbeda dengan lelaki satu ini. Dia tidak mengikuti ekskul basket, tidak juga mengikuti ekskul dance apalagi cheers. Tapi ia masih menetap di sekolah, tepatnya ia sedang duduk di pinggiran lapangan outdoor yang kini digunakan sebagai tempat anak cheers berlatih. Pandangannya sedari tadi fokus pada satu titik. Tidak berganti sejak ia duduk disana.

"Cantik banget ya si Tere, beruntung banget gue bisa jadi pacar dia." Celetuk seseorang di sampingnya yang membuyarkan fokus Saga pada Tere.

Saga pun refleks menoleh ke samping dan mendapati Johan sedang tersenyum sembari menatap objek yang sedari tadi dilihat oleh Saga.

"Ngapain lo disini?" Tanya Saga berusaha terlihat biasa saja.

"Lo gak liat gue pake baju apa?" Tanya Johan balik.

Saga pun menurunkan pandangannya pada tubuh Johan. Ia baru sadar bahwa Johan tengah menggunakan baju jersey milik club basket sekolah. Jadi hari ini juga merupakan jadwal Johan untuk ekskul. Kebetulan yang sangat menyesakkan bagi Saga.

Saga pun diam tak berbicara apa pun lagi. Johan yang melihatnya hanya tertawa tanpa suara karena ia menyadari satu fakta.

"Lo suka kan sama Tere?" Tanya Johan pelan yang mampu membuat kedua mata Saga terbelalak.

"Kok dia bisa tau?" Tanya Saga dalam hati.

Johan terkekeh pelan, "Gak usah kaget gitu. Keliatan banget lagi dari tadi lo ngeliatin pacar gue." Ujar Johan menekankan kata pacar gue.

"Gak salah kan? Gue sukanya sama Tere bukan sama lo, jadi itu normal." Ujar Saga santai yang mampu membuat Johan mendelik.

"Gila lo kalo suka sama gue."

"Ya makanya gue suka sama Tere, karena gue masih waras."

"Ya tapi gak suka sama pacar orang juga dong."

"Elah baru pacar aja posesif amat." Balas Saga yang membuat Johan yang awalnya tenang menjadi tersulut emosi.

Sekarang ganti Saga yang terkekeh pelan. "Lo tenang aja, seperti yang tadi gue bilang, gue masih waras. Gue cukup sadar diri dan sadar posisi. Gue emang suka sama Tere, tapi gue gak ada keinginan buat rebut dia dari lo. Sebelum tau Tere punya pacar, gue emang mau maju buat berjuang. Tapi setelah tau ternyata dia udah ada yang punya, gue jadi berhenti di tempat." Ujar Saga dengan suaranya yang santai dan tenang berbeda dengan Johan yang masih memandang Saga dengan tajam.

"Gue gak mundur, tapi gue juga gak bakal maju lagi. Jadi gue masih ada di tempat ini, tempat dimana gue suka sama Tere. Dan ntah sampai kapan gue akan berdiam diri disini. Lo tau kan gue sama dia sekelas, jadi gue gak jamin rasa ini bakal ilang gitu aja. Jadi jangan pernah lo sia-siain dia apalagi buat dia nangis. Inget, masih ada gue yang bisa buat dia bahagia." Sambung Saga menepuk bahu Johan pelan setelah ia selesai berbicara.

Our Class: ExSiFoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang