"Gila keren banget!" Pekik Leo dengan mata berbinar.
"Ada apaan nih?" Tanya Raka saat memasuki kelas dan mendengar pekikan Leo. Ia pun buru-buru melangkah ke arah belakang kelas yang sudah dipenuhi teman-temannya itu.
"Keren! Coba jalanin sampe depan papan tulis dong." Pinta Nina pada Jay yang menggenggam remot kendali.
"Apaan tuh?" Tanya Haekal saat memasuki kelas dan menangkap sebuah benda berjalan ke arah depan papan tulis.
"Itu namanya robot, kalo lo gak tau." Jawab Jay yang mendapat delikan tajam dari Haekal.
"Ya gue juga tau kalo itu robot. Tadi gue cuma nyeletuk aja." Kilah Haekal.
"Halah gak usah pura-pura tau gitu deh Kal. Kita semua juga udah tau kok kalo lo itu emang bego, jadi gak usah malu gitu." Sahut Derry dengan santai seolah itu hanyalah kalimat biasa.
Haekal tertawa sumbang, "Ternyata gini rasanya dikatain bego sama orang bego."
"Masih pagi, gak usah ribut." Ujar Saga dingin saat Derry akan membalas ucapan Haekal.
"Itu robot bisa ngapain aja Jay?" Tanya Eno penasaran.
"Ini sebenernya belum sepenuhnya jadi sih. Ini baru bisa buat ngambil barang gitu." Jawab Jay.
"Wahh gue gak nyangka lo sehebat ini Jay. Gue pikir lo sejenis sama Derry, Haekal, Juna, sama Raka." Celetuk Shella.
Jay tertawa canggung, "Ya kita kan emang sejenis, sama-sama manusia, sama-sama laki-laki juga."
"Ck bukan gitu, gue pikir kapasitas otak lo sama kayak mereka." Sahut Shella yang mendapat tak terima dari keempat empu yang namanya tadi disebutnya.
"Ini nih yang dinamakan menghina secara sopan." Ucap Haekal.
"Langsung bilang bego aja gak papa kok Shel." Sahut Raka dengan senyum kecut.
"Ya iyalah beda, otak gue mah besar gak kayak mereka yang otaknya kecil." Ujar Jay yang mendapat pukulan di lengannya pelan.
"Hehe sialan juga ya lo." Celetuk Derry dengan tawa terpaksa.
"Terus ini rencana mau lo tambahin gimana lagi Jay?" Tanya Malvin berniat agar mereka segera diam.
"Gue sih pengennya robot gue ini bisa bersih-bersih rumah, bisa masak, nyetir juga kalo bisa."
"Dan lo bakal jadi orang termalas yang pernah ada kalo robot lo bener-bener bisa ngelakuin semua itu." Ucap Rima.
"Gue bikin robot emang biar gue bisa gak ngelakuin apa-apa selain rebahan. Ah, nikmatnya dunia." Sahut Jay sembari tersenyum dan berandai-andai.
"Wah Vin, gak bener nih anak lo." Celetuk Naufal seolah sedang mengadukan Jay pada ayahnya.
"Jangan gitu dong Jay, masa lo buat robot cuma biar lo bisa males-malesan doang. Nanti manfaat dari robot itu malah disalahgunakan. Robot itu gunanya membantu bukan menggantikan sepenuhnya." Tutur Malvin seolah benar-benar sedang menasehati anaknya.
"Iya-iya gue cuma bercanda." Pasrah Jay.
"Kalo emang robot lo belum selesai, terus ngapain lo bawa ke sekolah?" Tanya Leo.
"Apalagi? Gue mau pamer ke kalian lah." Jawab Jay dengan dagu yang sedikit dinaikkan.
"Emang gak salah lo masuk XI IPA 4 Jay." Celetuk Tere.
"Kok lo bisa buat robot tuh gimana? Belajar dari ayah lo?" Tanya Yanuar.
"Ayah gue tuh punya bisnis makanan, Abang gue kuliah di jurusan hukum, mama gue ibu rumah tangga. Gue bisa buat robot karna dari kecil gue suka ngotak-ngatik robot mainan gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Class: ExSiFo
FanfictionDitempatkan di kelas yang dijuluki kelas keramat dan tak memiliki masa depan, membuat 24 anak itu menolak dengan keras. Bahkan peringkat 5 besar dalam satu angkatan yang seharusnya berada di kelas XI IPA 1, kini juga terdapar di kelas yang dipandang...