6. Diskusi Kas Bulanan

569 94 14
                                    

Sudah 20 menit sejak bel masuk berbunyi. Namun belum terlihat seorang guru yang seharusnya mengajar di XI IPA 4. Menurut jadwal pelajaran yang diterima Malvin di Aula kemarin, seharusnya saat ini kelas XI IPA 4 sedang berlangsung pembelajaran biologi.

Karena sudah terlalu lama dan teman-temannya terlihat tidak peduli juga mengenai hal itu, Malvin memutuskan untuk memanggil guru biologi sesuai yang tertera pada jadwal kemarin.

"Mau kemana?" Tanya Arin saat melihat Malvin yang akan melangkah keluar kelas.

Meskipun suara Arin terdengar jelas, hanya ada beberapa siswa yang mengalihkan pandangannya ke arah Malvin penasaran. Yang lain tidak peduli bahkan tidak mau tahu juga.

"Ke ruang guru, manggil Bu Yana." Jawab Malvin yang diangguki oleh Arin.

Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Malvin kembali ke dalam kelas. Namun, ia tidak langsung menuju ke kursinya dan berdiri di depan papan tulis. "Bu Yana gak ada di ruang guru dan gak ninggalin pesan apa-apa ke guru piket. Kata guru piket sih, Bu Yana nya belum dateng dari pagi. Jadi mungkin pelajaran biologi hari ini kosong." Ujar Malvin memberitahukan alasan tidak kunjung ada guru yang datang di kelas mereka.

Setelah mendapat respon dari teman-temannya, Malvin segera beranjak menuju kursinya. Dan posisi berdirinya tadi kembali ditempati oleh seorang siswi dengan kuncir kudanya yang membawa sebuah buku ditangan.

Siswi itu berdeham dengan sedikit keras untuk menarik perhatian seisi kelas. "EKHEM, gue mau infoin kas bulanan kita." Ujarnya

"Jadi gue udah memikirkan, mengukur, mempertimbangkan dan memperkirakan, buat kas bulanan kita masing-masing bayar 30k per bulan." Lanjutnya yang dihadiahi tatapan melotot dari teman-temannya.

"Gila lo?! Lo tuh bendahara apa rampok sih? Gak sekalian aja lo bikin 50k per bulan?!" Sarkas Rendi tidak terima dengan keputusan Jia.

"Ini itu udah yang paling pas. Nih ya, satu bulan kan ada 30 hari. Nah, sehari seribu kan gak berat. Kalian uang jajan sehari paling dikit kan 50k. Sisihin seribu buat kas gak bikin kalian miskin kali." Jelas Jia memperjelas pernyataannya.

"Ya kan bayar kas pasti perbulan, ya kali bayar kas per hari seribu." Celetuk Qila tak habis pikir.

"Buat apa sih kas banyak banyak? Sebulan 30k itu baru satu anak. Sekelas ada 24 orang. 24 dikali 30k dah dapet 720k. Mau ngerampok beneran ya lo?!" Tuduh Yanuar setelah mencoba mengakumulasikan jumlah uang kas yang akan mereka dapat nantinya.

"Enak dong, jadi kalo butuh apa-apa tinggal pake uang kas. Kan uang kas juga buat kalian ini, kenapa keberatan sih?" Sahut Rima masih mencoba meyakinkan mereka.

"Ya bendaharanya gak waras, bikin kas sebulan 30k. Kelas gue dulu aja sebulan cuma 5k." Cibir Nina.

"Kelas gue dulu juga kas 5k per bulan. Itu aja udah sering banget ditilapin sama bendahara. Ohh, pasti lo juga mau nilapin uang kas kan? NGAKU LO!" Tuduh Derry sembari berdiri dan menunjuk para bendahara itu.

"ENAK AJA! GUE BUKAN ORANG SUSAH SAMPE HARUS NGAMBILIN DUIT KAS!." Pekik Jia tak santai.

"HALAH UDAH KECIUM BAU-BAU BAKAL DITILAPIN ITU DUIT." Sahut Haekal ikut ngegas.

"HEH LO JANGAN NGOMONG SEMBARANGAN YA!! GUE BUAT KAS 30K PERBULAN ITU JUGA BUAT KITA." Kelah Jia masih dengan suara tak santainya.

"Hilih bicit." Celetuk Reina dengan ekspresi muak.

"Orang-orang kek gini emang gak bisa dipercaya." Ucap Qila sembari menggelengkan kepalanya.

"YA BIASA AJA DONG LO, GAK USAH NGEGAS GITU NAPA?!" Ujar Yanuar terbawa suasana untuk ngegas.

Our Class: ExSiFoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang