14. Bu Jessi dan Ulhar Fisika

582 80 78
                                        

Tepat 10 menit sejak bel ganti pelajaran berbunyi, seorang guru perempuan memasuki kelas XI IPA 4. Tak lain dan tak bukan adalah Bu Jessi, seorang guru fisika.

Sontak para penghuni XI IPA 4 itu kalang kabut kembali ke kursi masing-masing setelah hampir seluruh siswa laki-laki duduk lesehan dibelakang kelas. Apalagi kalau bukan untuk mabar. Bahkan Malvin juga ikut bergabung karena diajak dengan embel-embel untuk melepas stress. Apalagi baru saja terjadi sedikit keributan tadi.

Mereka pikir jam kedua hari ini akan jamkos lagi, jadi mereka memutuskan untuk menikmati saja. Jadi saat tiba-tiba ada seorang guru memasuki kelas, siapa yang tidak terkejut? Jelas tidak ada.

Bu Jessi yang masih berada diambang pintu menggelengkan kepalanya pelan sembari berdecak. "Kalian ini sekolah bukannya belajar malah main game aja kerjaannya. Kayak gini dibilang beda sama kelas tahun lalu." Ujarnya memelankan kalimat terakhirnya dengan tersenyum miring.

"Keluarkan kertas dan alat tulis. Kita ulangan harian hari ini." Perintah Bu Jessi hingga membuat bola mata mereka membulat sempurna.

"Lah, ulangan harian apaan? Diajar aja juga baru sekali." Bisik Raka pada Naufal.

"Ya mana gua tau." Balas Naufal berbisik juga.

"Emang fisika kita udah masuk bab berapa sih Rin?" Tanya Haekal berbisik juga.

"Gak tau, kan kita gak pernah diajar. Waktu pertama ngajar juga gak sepenuhnya nyampein materi." Jawab Arin.

Malvin jelas juga kebingungan. Materi saja tidak pernah disampaikan. Jadi bagaimana bisa Bu Jessi tiba-tiba minta ulangan harian.

"Kenapa pada diem aja? Oh saya tahu, kalian pasti gak belajar kan di rumah. Makanya kaget dapet ulangan harian tiba-tiba. Makanya kalian itu sebagai pelajar harus belajar yang rajin. Gimana bisa masuk perguruan tinggi kalau belajar aja males-malesan." Cibir Bu Jessi yang tanpa sepengetahuannya ditiru oleh Derry tanpa suara.

Sungguh rasanya Rima dan Rendi sudah ingin meledak saat itu juga. "Anjir ni guru! Ngajar aja kagak pernah sok-sokan nyuruh belajar." Cibir Rendi dengan suara pelan agar tidak terdengar oleh Bu Jessi.

Akhirnya mereka pun mengeluarkan sebuah kertas dan juga alat tulis seperti perintah Bu Jessi.

"Tenang soalnya cuma ada 5, gampang kok." Ujar Bu Jessi.

"Sekretaris bagiin kertas soalnya ke semua anak." Imbuh Bu Jessi.

Tere pun segera bangkit dari kursinya untuk membagikan kertas soal pada teman-temannya.

"Gila, soal apaan nih?" Desis Juna pelan saat melihat soal-soal yang ada dikertas itu.

"Baru liat soal aja udah migren gue. Gue gak tau gue gak paham." Keluh Derry.

"Sama Der, gue juga gak paham." Sahut Roland disebelahnya.

Diam-diam Haekal melirik Eno yang ada di bangku belakang. Ia pun menaikkan alisnya sebagai isyarat yang dibalas dengan gelengen pelan dari Eno.

Haekal pun menghela napas frustasi. Ia tahu, Eno bukan tipe orang yang pelit jawaban apalagi kepada teman dekatnya. Apalagi ini pelajaran fisika yang merupakan pelajaran favorit eno. Jadi bila Eno saja sudah menggeleng, itu artinya memang soal-soal ini sesusah itu.

Untuk pertama kalinya Malvin merasakan keheningan dan ketegangan diwaktu yang bersamaan di kelasnya ini. Malvin juga dibuat pusing dengan soal-soal dihadapannya. Ia rasa ini bukan soal fisika untuk anak SMA. Entahlah soal-soal ini terasa sangat sulit untuk ia pecahkan.

"Waktunya tinggal 15 menit lagi. Kalau kalian terlambat buat ngumpulin, siap-siap aja dapet nilai nol." Ujar Bu Jessi yang menambah ketegangan dikelas itu.

Our Class: ExSiFoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang