Desas-desus tentang XI IPA 4 masih terus terdengar. Bahkan para guru juga masih membicarakan kelas yang digadang-gadang akan membawa dampak buruk bagi siswa lain itu. Hingga pak Toriq yang tadi sempat ada urusan di luar sekolah dibuat terkejut dengar cerita yang ia dengar di ruang guru siang ini.
Ia pun segera beranjak untuk menemui seseorang yang pak Toriq duga sudah mendengar cerita tentang XI IPA 4 lebih dahulu.
Karena terlalu panik dan terburu-buru, pak Toriq sampai lupa untuk mengetuk pintu dan langsung membukanya hingga membuat seseorang di dalamnya tersentak kaget.
"Gawat pak, firasat saya benar terjadi." Ujar pak Toriq dengan napas tidak beraturan.
"Tutup dulu pintunya pak." Sahut seseorang yang duduk di kursi kebesarannya itu. Ya, bapak kepala sekolah Starmus High School yang biasa dikenal dengan nama bapak Sulaiman atau akrab disapa pak Suman lah yang biasa ditemui oleh pak Toriq.
Setelah menutup pintu, pak Toriq pun segera duduk dihadapannya. "Saya tidak tahu apa benar yang membuat kekacauan ini guru yang saya pikirkan kemarin atau bukan."
"Memang siapa guru yang bapak pikir?" Tanya pak Suman.
"Bu Jessi."
Pak Suman pun menghela napas panjang. "Saya juga tidak tahu bagaimana kekacauan ini berawal. Yang saya tahu para warga Starmus saat ini sedang heboh membahas XI IPA 4 yang mereka pikir akan membawa dampak buruk bagi mereka jika mereka dekat-dekat dengan para siswa kelas XI IPA 4."
"Saya juga dengar para guru membahas hasil ulangan harian fisika dari siswa XI IPA 4 pak, yang mana gurunya adalah Bu Jessi. Jadi saya pikir memang beliau yang menjadi dalang dari cerita-cerita yang sedang heboh di Starmus saat ini." Ujar pak Toriq.
"Sebelumnya, para siswa XI IPA 4 juga bercerita kepada saya kalau Bu Jessi mengadakan ulangan harian dadakan dengan soal-soal yang sangat sulit untuk dipecahkan. Bahkan Eno dan juga Leo juga kesulitan untuk mengerjakannya pak." Imbuh pak Toriq.
"Bagaimana bisa Eno dan Leo kesulitan mengerjakan soal fisika?"
"Itu dia pak. Itu berarti tingkat soal yang diberikan oleh Bu Jessi memang sangat sulit bagi siswa SMA." Jawab pak Toriq.
"Bahkan Bu Jessi juga mengirim nilai-nilai yang para siswa itu dapat di grup para guru pak." Tambah pak Toriq.
"Lalu bagaimana kondisi para siswa itu sekarang?"
"Saya belum tahu pak. Setelah dari sini saya akan memeriksa mereka." Jawab pak Toriq yang dibalas anggukan.
Hening. Tidak ada yang bersuara lagi. Tapi pak Toriq terlihat ingin buka suara namun ragu untuk mengatakannya.
"Em... Maaf pak sebelumnya. Tapi.. bagaimana kalau rencana bapak gagal?" Tanya pak Toriq akhirnya.
"Itu yang sangat saya takutkan sekarang pak. Dengan adanya kejadian ini, saya tidak yakin mereka masih mau bertahan lebih lama di XI IPA 4. Ini melenceng dari prediksi saya. Saya tidak memprediksi akan ada masalah yang langsung berkaitan dengan guru yang mengajar mereka. Padahal saya pikir para pengajar tahun lalu baik-baik saja." Ujar pak Suman.
"Apa jangan-jangan Bu Jessi masih memiliki dendam mengenai kejadian tahun lalu ya pak?" Duga pak Toriq.
Pak Suman nampak terdiam mengingat kejadian tahun lalu. "Bisa jadi pak." Balasnya pelan.
"Kalau sudah seperti ini, saya hanya bisa menyerahkan pada pak Toriq dan juga anak-anak. Tapi saya juga akan berusaha untuk memperbaiki para pengajar yang seenaknya meninggalkan tanggung jawab dan kewajiban mereka. Terutama Bu Jessi." Imbuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Class: ExSiFo
FanfictionDitempatkan di kelas yang dijuluki kelas keramat dan tak memiliki masa depan, membuat 24 anak itu menolak dengan keras. Bahkan peringkat 5 besar dalam satu angkatan yang seharusnya berada di kelas XI IPA 1, kini juga terdapar di kelas yang dipandang...