Ini adalah cerita dibalik Special Part ~ Group Chat
Happy reading ❤️
••• ••• ••• ••• ••• ••• ••• ••• ••• ••• ••• •••
"Heh ajak Malvin main kuy. Weekend nih, gabut gue. Bosen juga main sama kalian." Ajak Haekal pada ketiga temannya yang kini sedang goleran di kamar Rendi.
"Bentar lagi PAS. Pasti si Malvin kagak mau diajak main." Sahut Eno.
"Ya elah, belum juga ngajak udah optimis bakal ditolak aja." Gerutu Haekal.
"Ajak si Jay aja, dia kalo diajak main pasti langsung gas." Ujar Eno memberi solusi lain.
"Hilih mentang-mentang udah akrab sama si Jaylangkung." Cibir Naufal.
"Kata siapa Malvin nolak? Noh orangnya mau." Ucap Rendi sembari menunjukkan ponselnya yang menampilkan room chatnya dengan Malvin.
"Mantapp."
"Si Jay mau ngajak Leo, boleh kagak?" Tanya Eno.
"Ya boleh lah."
"Mau main dimana? Atau main di rumah si Nopal aja?" Tanya Rendi.
"Si Leo ngajak main di rumahnya nih, mau kagak?"
"Udah di rumah gue aja, mumpung yang punya lagi gak di rumah." Ujar Naufal menjawab pertanyaan dari Rendi dan Eno sekaligus.
"Emang lo tuh cuma numpang ya Pal disana, kasian gue." Sarkas Haekal karena ucapan Naufal dan ekspresinya saat berbicara benar-benar seperti minta untuk ditampol.
"Udah pada otw nih, yuk lah langsung ke rumah lo." Ajak Rendi sembari bangkit dari posisi rebahannya.
Akhirnya mereka pun menuju rumah yang terletak tepat di depan rumah Eno itu. Mereka menunggu kedatangan Malvin, Jay, dan Leo di ruang tamu.
"Widihh mantapp, bapak ketua ini emang paling pengertian orangnya." Celetuk Haekal ketika Malvin datang membawa kresek ditangannya.
Malvin hanya terkekeh dan masuk ke dalam rumah Naufal yang memang sengaja pintunya dibiarkan terbuka.
"Padahal gak usah repot-repot vin, rumah si Nopal ini tuh udah 11 12 sama toserba." Ujar Rendi.
"Gapapa, gak repot kok. Buat tambahan camilan."
Mendengar ada suara motor lagi, atensi mereka pun langsung mengarah ke halaman rumah Naufal. Dan benar tebakan mereka, itu adalah Jay dan Leo.
"Gila gila! Kalian tau? Rumah si Leo gede banget anjir." Seru Jay tergopoh-gopoh menghampiri mereka tak sabar untuk bercerita.
"Ya kagak tau lah. Kan cuma lo yang kesana." Sahut Haekal terperangah dengan kelakuan Jay yang baru saja ia lihat setelah mereka satu kelas selama beberapa bulan ini.
"Halamannya luas banget njir. Gue jamin kalo kalian jalan kaki dari gerbang ke pintu rumahnya si Leo, pasti kalian ngos-ngosan." Ujar Jay melanjutkan ceritanya.
"Terus terus?" Tanya Malvin penasaran yang membuat Jay semakin membara untuk bercerita.
"Gerbangnya guede, warnanya emas. Mana bisa kebuka sendiri lagi, kaget tadi gue liatnya. Rumahnya udah mirip sama istana gitu. Mobilnya berjejer di halaman. Mana ada lapangan golf juga lagi. Duh kagak ngerti gue sama kekayaan si Leo." Jawab Jay dengan ekspresinya yang menggemaskan.
"Si Jay mah berlebihan, nggak segitunya kok. Biasa aja kayak rumah yang lainnya." Sanggah Leo akhirnya. Ia tidak ingin dicap sombong, karena memang itu semua bukanlah miliknya. Melainkan milik kedua orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Class: ExSiFo
Fiksi PenggemarDitempatkan di kelas yang dijuluki kelas keramat dan tak memiliki masa depan, membuat 24 anak itu menolak dengan keras. Bahkan peringkat 5 besar dalam satu angkatan yang seharusnya berada di kelas XI IPA 1, kini juga terdapar di kelas yang dipandang...