4. Menikah, Pisah Kamar

15.2K 1.3K 45
                                    

VOTE

KOMEN

THANKYOU

HAPPY READING

Aku memilihmu, karena aku yakin Allah sudah memberikan takdir yang baik, aku memilihmu untuk menjadi pasangan hidup, selamanya.

— ayra zahira

Hari ini, hari dimana Ayra akan menjadi seorang istri. Hari dimana dia akan mempunyai kewajiban dan melepas masa lajangnya.

Ayra menatap dirinya dari pantulan cermin dengan bangga. Gadis itu sudah memakai riasan yang benar-benar membuatnya terlihat cantik tidak seperti biasanya. Biasanya Ayra hanya menaburkan bedak pada wajahnya serta menggunakan lipstik saja.

Ibu Yuli memandangi Ayra dari belakang lalu tersenyum.

"Kamu sangat cantik Ayra."

Ayra membalasnya dengan tersenyum. Disisi lain Rere melihatnya dengan terharu, hari ini mungkin hari dimana dirinya akan jarang bertemu Ayra karena sahabatnya sudah menikah. Rere juga bahagia karena Ayra sudah menemuka seseorang yang akan menjaganya.

"MasyaAllah Ay, aku nggak bohong kamu cantik banget!!!" Rere menepuk punggung Ayra dengan pela.

Ayra tertawa. Rere selalu saja memujinya, entah di Caffe, saat dirumah bahkan sekarang. Hampir setiap bertemu Rere akan memuji Ayra dengan kecantikan gadis itu.

"Dia beruntung Ay bisa menikah dengan kamu. Kamu punya karakteristik tersendiri, kamu bahkan tidak berani dekat dengan lelaki. Aku yang jadi sahabat kamu aja bangga!"

Ayra mengubah posisinya untuk menghadap Rere dan menatap lekat gadis itu.

"Aku yang beruntung bisa menikah dengannya." jawab Ayra. Ayra mengambil kedua tangan Rere lalu menggenggam tangan gadis itu.

"Aku harap kamu juga akan segera menikah ya. Dan aku berharap sama Allah kamu bisa mendapatkan jodoh yang akan membawa kamu ke Syurga Re."

Sepasang mata Rere berkaca-kaca, lalu mengangguk dan segera memeluk Ayra dengan erat. Rere pun menangis sekarang.

Rere melepaskan dekapannya dari Ayra. Sebentar lagi ijab kabul pun akan dimulai, jantung Ayra berdetak dengan cepat. Dan pernikahan Ayra dengan Zefran hanya memgundang saudara terdekat serta teman terdekat mereka saja.

Tidak lama kini Ayra sudah mendengar suara penghulu, Ayra sangat gugup bahkan tangannya pun terasa dingin.

"Saya terima nikah dan kawinnya Ayra Zahira binti Ahmad Yusuf dengan maskawin tersebut, dibayar tunai."

"Bagaimana saksi? Sah?"

"Sah!"

"Sah!" jawab serentak.

"Barakallah..."

Yuli dan Rere pun memasuki kamar untuk menjemput Ayra.

"Ayra ayo keluar nak." Yuli mendekati Ayra.

Ayra yang mendengar itu pun langsung memandang wajah Yuli dan Rere bergantian lalu mengangguk pelan.

Saat Ayra berjalan keluar banyak tamu memuji dirinya karna sangat cantik. Kini Ayra sudah berada disamping Zefran. Ayra kagum dengan ketampanan pria itu namun sayang Ayra tidak melihat senyuman dari wajahnya. Senyuman yang sangat ingin Ayra lihat ketika bersamanya.

Ayra Zahira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang