13. Sampai Kapan?

13.9K 1.3K 213
                                    

VOTE

KOMEN

THANK YOU

THANK YOU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—0—

Pagi ini Ayra hanya sendiri dirumah. Gadis itu hanya makan sedikit. Hanya menyantap satu gigit roti tawar yang di olesi selai bluberry saja.

Akhir-akhir ini Ayra kehilangan nafsu makannya. Ia juga tidak tau mengapa, padahal biasanya Ayra suka memakan jajanan, cake buatannya atau bahkan masakannya sendiri. Terkadang kepalanya juga terasa pusing, dan berefek panjang.

Ayra melipat kedua tangannya di atas meja, gadis itu menatap ke arah sofa dan televisi. Rumah ini terasa sepi, hanya dirinya sendiri, tidak ada orang lain.

Pintu terbuka menyadarkan Ayra dari lamuannya, baru saja Ayra berdiri Zefran berjalan dengan salah satu tangan menenteng jas baju milik lelaki itu.

"Kamu baru pulang mas, ada rapat penting?" tanya Ayra. Ayra ingin menanyakan apa alasan Zefran yang sebenarnya.

Ayra melangkah mendekat, "Mau sarapan?"

Zefran terlihat kesal saat ini. Bahkan wajahnya juga terlihat lelah.

"Saya habis menemani Zahra di rumah sakit karena dia tidak enak badan, dan saya tidak ingin sarapan!"

Lagi dan lagi alasan Zefran masih sama. Iya Zahra, apalagi lelaki itu menemaninya sampai pagi hari bahkan tanpa mengabari sedikitpun. Tanpa memperdukilan Ayra yang kemarin juga sakit. Setidaknya lelaki itu harus mengirim pesan kata-kata yang membuat Ayra sedikit semangat.

"Saya membaca pesan dari seseorang bahwa kamu sakit, sudah sembuh bukan?" tanya Zefran santai.

"Alhamdulillah, sudah. Zahra .... sekhawatir itu kamu sama dia?" tanya Ayra berani.

Zefran menaikan satu alisnya, "Jelas, saya sangat mengkhawatirkan dia. Karena dia perempuan yang saya cintai, bukankah kamu tau akan itu." jawab Zefran lalu berjalan menaiki tangga.

"Mau sampai kapan?" tanya Ayra tiba-tiba. Langkah Zefran berhenti dan memutar balik tubuhnya.

"Maksud kamu?"

"Mau sampai kapan rumah tangga kita seperti ini? Kamu harus terima bahwa aku istri kamu, kamu harus memgikhlaskan ini semua mas. Kamu harus terima bahwa ini takdir kamu, menikah dengan aku. Menikah dengan seseorang yang baru kamu temui."

"Akankah sesulit itu menerima kehadiran aku di hidup kamu?"

Zefran menarik sudut bibirnya, "Sulit, bahkan sangat sulit. Sampai-sampai saya tidak tau harus bagaiamana lagi. Posisi saya saat ini juga sulit Ayra. Saya membohongi perempuan yang sudah lama saya cintai."

Ayra Zahira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang