15. Andaikan

13.3K 1.4K 98
                                    

VOTE

KOMEN

THANKYOU

—0—

Ayra berjalan lurus menyusuri jalanan yang ramai, gadis itu entah ingin berjalan kemana. Mobilnya juga ia tinggal di pinggir jalan, Ayra ingin menenangkan dirinya sebentar. Entah langkahnya akan membawa kemana dirinya juga tidak tau.

Semua terasa hampa sekarang, semua terasa menyakitkan. Semua terasa berat, bolehkah dirinya mengeluh, andai Zefran sudah mencintainya. Itu akan mengurangi rasa sakit dari penyakitnya, dan akan membuat Ayra bersemangat.

Andai saja itu benar-benar terjadi.

Jika dia berpisah, setidaknya perpisahan ini karena takdir. Bukan karena perceraian.

Ayra memberhentikan langkahnya ketika melihat toko baju pria, Ayra melangkah masuk membelikan satu setelan pakain untuk Zefran sebagai hadiah pertama.

Gadis itu keluar dengan satu paper bag berisikan satu setelan pakaian. Ayra harus menyiapkan ruangan yang akan di pakai untuk Zahra, dan Zahra juga akan mengirimkan foto untuk di dekor.

Ayra juga tidak tau foto apa yang akan Zahra kirimkan padanya nanti. Ayra harus menyuruh Rere untuk pulang segera, agar Rere tidak melihat Zefran bersama Zahra nanti.

—0—

"Hai re, capek ya?" tanya Ayra dengan menatap Rere yang sedang mengelap meja.

Rere menatap bingung, tumben sekali Ayra menanyakan itu. Biasanya Ayra hanya akan langsung menyuruh Rere pulang dan duduk terlebih dahulu.

Rere menggeleng kuat, "Kata siapa aku capek. Engga dong," balas Rere dengan tegas.

"Re, kamu pulang sekarang aja, beberapa hari ini kamu sibuk. Aku nggak mau kamu terlalu capek juga."

"Lo nyembunyiin sesuatu ya?" wajah Rere terlihat serius seketika.

"Enggak, nyembunyiin apa coba?"

Rere mendekatkan wajahnya membuat Ayra mundur seketika.

"Bohong, apa yang lo sembunyiin!"

Ayra tersenyum.

"Nggak ada Rere, aku serius. Kamu juga harus istirahat, kamu selalu dateng pagi pulang malem. Dan pasti capek."

Rere memijat belakang lehernya, memang benar kata Ayra bahwa dirinya lelah.

"Bener si, tapi kan gue kuat kaya samson!"

Ayra tertawa pelan, "Iya, iya. Yaudah sana ganti baju. Aku yang bakal gantiin kamu." Ayra mendorong Rere untuk mengganti bajunya.

Rere yang berjalan pun berjalan pun berkali-kali menoleh kebelakang melambaikan tangan kepada Ayra.

Ayra menjatuhkan bokongnya di salah satu kursi disana. Gadis itu menautkan jemari tangannya serta menggigit bibir bawahnya. Gadis itu menundukan kepalanya, menghela napas berat.

Dikepalanya banyak sekali pikiran saat ini, temtang rumah tangga, kebohongan, rasa sakit, penyakit yang di deritanya. Dan satu hal yang Ayra inginkan yaitu, bertemu dengan ibu kandungnya yang sekarang entah berada di mana.

Ayra Zahira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang