17. Takdir Yang Terbaik

13.4K 1.3K 110
                                    

VOTE

KOMEN

KANGEN ZEFRAN NGGAK?

THANK YOU

HAPPY READING

Di perjalanan menuju kantor, lelaki yang kini sedang berjalan seorang diri untuk menuju ruangannya sedari tadi terlihat tampak kebingungan.

Di kepalanya terus terputar akan perkataan Ayra tadi pagi di rumah. Bagaimana jika memang terjadi, Zefran tau bahwa kekuatan dari doa tidak pernah gagal. Bisa saja Tuhan mewujudkan keinginan Ayra.

Sebagaimana jika kita berdoa di sepertiga malam, disaat semua orang tertidur dengan lelap kita berdoa kepada yang maha kuasa. Dan sepertiga malam juga di kenal sebagai waktu yang sangat mustajab bagi terkabulnya doa.

Zefran berhenti sejenak lalu menggeleng. Membayangkannya saja membuat Zefran sedikit pusing. Membayangkan di mana dengan sangat cepat dan dengan begitu saja dirinya menaruh hati kepada Ayra.

Tanpa di sadari sedari tadi Zahra berada di belakang lelaki itu. Tadinya Zahra mau memanggil Zefran saat bertemu di pintu utama. Namun Zefran terlihat sedang memikirkan sesuatu, oleh sebab itu Zahra mengurungkan niatnya.

Dan Zefran juga tidak menjemput Zahra tadi pagi, karena Zahra khawatir Zefran tidak mengabarinya maka Zahra datang ke perusahaan Zefran berniat menanyakan.

Baru saja Zahra akan mendekat ke arah Zefran berdiri namun dering ponsel membuat Zahra tidak jadi mendekat. Zahra lupa bahwa ada meeting penting di pagi ini.

Bahkan Zahra mengebut untuk pergi ke kantor Zefran tadi. Akan tetapi Zefran tidak menyadari keberadaan Zahra.

Dari jarak kejauhan Ghio mengangkat kedua alisnya, sangat tumben Zefran terlihat lebih pendiam. Biasanya Zefran akan menyadari kehadiran Zahra, akan tetapi sekarang tidak.

Ghio segera berlari kecil untuk mengahmpiri Zefran.

"Ada masalah?" tanya Ghio begitu sudah disamping Zefran.

Zefran menoleh kesamping lalu menggeleng. Cowok itu berjalan ke arah salah satu kursi panjang dan menjatuhkan bokongnya. Jemarinya saling bertaut, pandangannta hanya turun ke bawah melihat lantai.

"Kenapa? Bingung pilih Ayra sama Zahra?"

Zefran mendongak.

"Maksud lo?"

"Zef, Zef, cuma pengin kasih tau penyesalan itu adanya di akhir. Gue nggak mau aja lo nyesel sampai senyesel itu nantinya. Coba lo fikir-fikir, hati lo lebih memilih siapa dan lebih berpihak sama siapa." Ghio menepuk salah satu pundak Zefran seraya mengangkat satu alisnya.

"Gue bingung. Gue udah bohongin Zahra, dan gue juga melukai hati Ayra." Zefran terdengar putus asa.

"Coba beberapa hari ini luangin waktu untuk sama Ayra satu atau dua hari? Lo bakal nyaman sama siapa pasti nanti tau. Mungkin sekarang perasaan lo masih berpihak ke Zahra, tapi dengan perlahan bisa aja kan perasaan lo berubah ke Ayra?"

"Terus Zahra gimana?"

"Zefran gini ya, setiap manusia itu diciptakan berpasang-pasangan. Yakin sama Allah bahwa Zahra akan mendapatkan pasangan yang baik untuk dia, disini lo yang belum menerima keadaan Zef. Coba deh jadi Ayra, dia juga baru kenal kan sama lo? Terus dia udah ikhlas untuk semua takdir ini, masalah, kecewa, rasa sakit ketika lihat lo sama Zahra. Tapi dia bisa ikhlas untuk itu."

Ayra Zahira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang