11. Bertemu lagi, dan sakit

14.7K 1.3K 185
                                    

Aku hanya akan menjadi yang sementara didalam hidupnya. Bukan untuk menetap selamanya.

Akan nyatanya jatuh cinta memang seindah itu.

VOTE

KOMEN

—0—

Ayra memandangi punggung Zahra yang perlahan menghilang dari pandangannya. Zahra mendapat panggilan dari Zefran, mereka akan bertemu. Itu yang Ayra tau, gadis itu kini duduk dengan menautkan kedua tangannya.

Kepalanya menunduk, menghela napas berat. Semuanya terasa sulit sekarang, Ayra kira membiarkan Zefran mencintai Zahra itu tidak akan membuat hatinya sakit. Namun dugaan gadis itu salah, nyatanya begitu sakit.

Ayra tidak bisa memaksa, Ayra tidak bisa membuat Zefran memutuskan Zahra. Karena lelaki itu belum mencintainya, menganggapnya sebagai istri juga belum.

Namun jika terus seperti ini, dirinya juga berdosa akan semuanya. Keinginan Ayra dulu memiliki rumah tangga harmonis, bukan seperti ini. Jauh dari nalarnya. Jauh daru ekspetasi yang Ayra bangun.

Gadis itu mendongak, tepat di depan matanya pemandangan sepasang suami istri sedang tertawa bersama dengan anak kecil. Dan sudah pasti anak itu adalah anak kandungnya. Mereka bertiga terlihat bahagia, terlihat dari tawa serta wajah mereka. Bahkan Ayra bisa merasakan itu.

"Ayra?" panggil Rere. Rere sengaja menghampiri Ayra, karena sejak tadi Ayra terlihat melamun. Tatapannya juga terlihat kosong, Rere khawatir akan itu.

"Iya, kenapa?" jawab Ayra cepat.

"Jangan melamun— ada masalah?" tanya Rere sedikit ragu.

Ayra menggeleng, ia tidak mau menceritakan semua ini sekarang, belum siap. Apalagi nanti Rere akan khawatir kepadanya, cukup dirinya yang merasakan itu semua.

"Nggak ada kok, aku cuma nggak enak badan akhir-akhir ini." jawab Ayra.

"Pantes, bibir kamu pucet banget tau."

"Serius Re?"

Rere mengangguk.

"Lo pulang dulu aja ya, gue takut lo sakit." Rere membungkam mulutnya, sebenarnya Rere memang sering menggunakan kata lo-gue jadi terkadang Rere keceplosan. Akan tetapi jika bersama Ayra gadis itu akan menggunakan kata aku-kamu.

Ayra tertawa pelan, "Udah nggak papa, jangan di paksa Re. Santai aja sama aku."

"Kalo kaya gitu gue berasa berdosa banget." adunya dengan memanyunkan bibirnya.

"Nggak papa, kamu belum terbiasa jadi pasti kegok. Lagipula aku sahabat kamu kan."

"Ay, inget ya. Entah kenapa perasaan gue tuh nggak enak, karena akhir-akhir ini setelah lo menikah. Lo agak beda, dan gue menyadari itu ... kalo misal suami lo jahat lo jahatin balik aja!" tegasnya di akhir kalimat. Dengan salah satu tangan mendobrak meja.

"Dosa dong?"

Rere menggeleng lalu mengangguk, "Eh."

"Nggak dong, kan dia yang dosa. Sama-sama dosa jadinya ya?" Rere pun kebingungan.

Ayra tersenyum, "Buat apa kita membalas kejahatannya? Kita nggak perlu untuk itu. Cukup berbuat baik tanpa membalas kejahatannya." ucap Ayra dengan tenang.

Ayra Zahira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang