Old Wounds

1.1K 174 63
                                    

Jeongguk berlari secepat yang ia bisa menuju paviliun milik pria-nya. Anak itu melangkah dengan hati yang bertalu kencang. Pikirannya kalut mendengar kabar bahwa Yang Mulia tengah sekarat. Ia harus bertemu dengan Yang Mulia. Saat ini juga dan tak mau ditunda.

Pandangan matanya mengabur. Sudah siap untuk menangis namun Jeongguk harus lebih tegar untuk menguatkan hatinya demi bertemu dengan Taehyung.

Sampai pada kediaman milik Putra Mahkota, dari jauh Jeongguk melihat ada banyak prajurit yang menjaga di luar pintu. Segalanya menjadi kacau. Taehyung benar-benar terluka parah.

Isi kepala Jeongguk semakin carut marut tatkala ia juga melihat Putri Johyun dengan langkah tergesa-gesa juga memasuki area paviliun Taehyung ditemani beberapa dayang istana.

Johyun memasuki paviliun dari arah yang berlawanan dengan Jeongguk. Wajah wanita itu sama kalutnya. Namun entah mengapa nyali Jeongguk menjadi ciut tiba-tiba. Ia memutuskan untuk  berdiam dan bersembunyi pada sebelah bangunan. Menunggu dalam gelap dan dinginnya udara sampai Putri Johyun keluar.

"Jeongguk?" Jimin memanggil dengan menepuk-nepuk pundak Jeongguk agak keras. Pengawal itu terkesiap saat mendapati Jeongguk justru tertidur dengan menenggelamkan wajahnya di antara kedua lutut yang ditekuk.

Jeongguk terbangun dan mengerjap beberapa kali. Kemudian bangkit saat menyadari bahwa ia tak sengaja ketiduran di atas tanah.

"Mengapa tidur di sini?" Tanya Jimin tak tega.

Jeongguk membersihkan belakang pakaiannya yang dirasa kotor terkena pasir. "Saya menunggu Yang Mulia Putri Johyun selesai mengunjungi Yang Mulia Putra Mahkota. Apa beliau masih di dalam?"

Jimin sedikit tertegun hingga menatap Jeongguk tanpa kedip. Ini sudah tengah malam dengan udara yang dinginnya bukan kepalang. Jimin bahkan bisa melihat bagaimana pucuk hidung serta daun telinga Jeongguk yang memerah. Uap yang keluar saat mulutnya terbuka membuat Jimin benar-benar tak habis pikir bagaimana Jeongguk bisa ketiduran seperti ini.

Apa jadinya jika dirinya tak keluar mengambil air bersih? Mungkin Jeongguk akan tidur di sini sampai pagi. "Yang Mulia sudah bertandang sejak tadi. Kau bisa masuk sekarang." Jeongguk mengangguk paham dan mengikuti langkah Jimin.

Saat berhasil memasuki sebuah kamar yang pernah ia tinggali, dari jauh sorot mata Jeongguk terpaku pada figur seseorang yang terbaring lemah di atas ranjang.

Langkahnya tiba-tiba berat. Dadanya kembali bergemuruh. Jeongguk mematung beberapa saat, menyiapkan dirinya setelah menghembuskan napas. Ia berjalan sampai tepat berada di depan Taehyung dengan wajah sangat pucat namun masih tetap tampan memikat.

Ada goresan luka memanjang pada pipi kanannya dan dagu putihnya. Tangan kirinya dibebat oleh kain putih yang digantungkan di leher. Sedangkan kakinya terlihat utuh dan baik-baik saja.

Air mata Jeongguk sudah menetes. Sekuat tenaga ia menahan isakan sebab rindunya mengapa dibalas dengan ketidakberdayaan Taehyung. Hatinya teriris melihat pria-nya begini.

Dengan gerakan sangat hati-hati, Jeongguk duduk di sisi ranjang. Jemarinya meraih punggung tangan Taehyung. Menyentuhnya lembut agar tidak mengganggu tidurnya. Jeongguk mengelusnya beberapa kali hingga membuat kelopak mata serta bulu panjang Taehyung bergerak terbuka.

Jeongguk terkesiap saat pandangan mereka bersirobok hingga Jeongguk kembali meloloskan air mata.

"Jangan menangis. Aku sudah baik-baik saja." Ucap Taehyung dengan suara seraknya. Tapi tangis Jeongguk malah pecah. Bibirnya melengkung turun dengan kepala yang sudah menunduk sedih. Bahunya bergetar hebat. Jeongguk menelan isakannya tapi malah membuatnya terbatuk-batuk.

My Eden | Tk √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang