Quarrel

1.4K 215 39
                                    

Soobin datang bersama Tabib Nam yang langsung memeriksa keadaan Jeongguk. Jarum akupuntur yang ia tusukkan pada tiap ujung jemari Jeongguk dicabut satu persatu. Entah mengapa ia tak merasakan kejanggalan apapun saat menganalisa denyut nadi pasiennya yang sedang duduk bersandar pada ujung ranjang. Pernapasan Jeongguk juga terdengar normal, tidak seperti menimbulkan gejala apapun. Selain pandangan Jeongguk yang menerawang kosong.

Setelah berhasil menerka kemungkinan  penyakit yang sedang di derita oleh Jeongguk, Tabib Nam beserta Ibu Jeon langsung keluar dari kamar sang anak. Membicarakan dengan seksama bersama Soobin apa yang membuat Jeongguk kian seperti ini.

"Saya rasa bukan fisik Jeongguk yang sakit. Maksud saya, ada beberapa penyakit yang di timbulkan oleh beban  pikiran itu sendiri. Saya hanya melihat kekosongan dalam pendar matanya. Apa sebelumnya pernah terjadi sesuatu padanya?"

Dahi Ibu Jeon mengkerut samar, "Sesuatu yang seperti apa?"

"Hal atau peristiwa yang mungkin membuat jiwanya terguncang."

Soobin diam mendengarkan, walau sebenarnya ia tahu. Namun tak sepantasnya dirinya menyela apalagi berbicara saat Ibu Jeon juga memilih bungkam.

"Harusnya memang ada. Sebab beberapa orang seperti Jeongguk memang hidup di lingkungan yang tentram. Sehingga saat ia menemukan permasalahan dalam  hidupnya, mentalnya masih belum siap menerima. Hal itu membuat pikiran serta hati yang tak selaras menjadikan ia seperti ini. Ada sesuatu yang ia pendam dan tak bisa diutarakan. Saya belajar sedikit tentang bahasa manusia, maka dari itu, saranku sebaiknya A—"

Gesekan pintu membuyarkan konversasi serius mereka. Dengan tiga pasang mata mengarah pada Jeongguk yang berdiri di ambang pintu, pria pucat itu sempat mengatakan ingin pergi ke kamar mandi hanya untuk buang air kecil sebelum celana putih yang ia pakai jadi merembes basah terkena air seni yang makin meluruh hingga menggenang di atas tanah.

Soobin yang melihatnya langsung bergegas menghampiri dengan melepas pakaian luarnya dan membasuh tanah yang sudah menggenang basah.

Ibu Jeon menangis. Makin lama mengapa Jeongguk terlihat seperti orang tak waras. Maka Ibu memohon dengan sangat agar anaknya bisa kembali ceria seperti dulu. Sedangkan Jeongguk masih diam saja. Ia tak menyadari atas apa yang baru saja terjadi pada tubuhnya.

👑

Taehyung duduk pada gazebo istana di mana di depannya kini terdapat kudapan manis yang sudah tersaji di atas meja. Pakaiannya bersih dan rapi. Sengaja memilih hanbook hijau yang dijahit Jeongguk sebab ia tengah merindu.

Pandangannya menerawang, menatap kolam di bawah gazebo yang dipenuhi dengan bunga lotus berwana putih. Hingga Jimin yang berada tak jauh dari jangkauannya mengumumkan bahwa Putri Johyun sudah tiba.

Taehyung berdiri untuk memberikan hormat sebelum ia kembali duduk dan berhadapan langsung dengan calon istrinya. Berkenalan dengan sopan seperti tata krama yang sudah diajarkan oleh kerajaan.

"Pasti sangatlah melelahkan perjalanan yang Anda tempuh sampai tiba di sini. Sekali lagi, saya meminta maaf karena membuat Anda harus repot-repot datang kemari." Tutur Taehyung sopan, basa-basi.

Putri Johyun mengulas senyum. "Tidak masalah. Lagipula aku juga akan tinggal di sini. Oh iya, tolong jangan memperlakukanku terlalu formal. Kita hanya selisih lima tahun. Aku ingin nantinya kita bisa lebih dekat. Karena menurutku, bahasa formal terlalu kaku."

Taehyung menyanggupi.

"Bagaimana dengan luka mu? Aku mendengar kau cedera parah bahkan sampai tak sadar karena kehabisan darah?"

My Eden | Tk √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang