Setelahnya Taehyung keluar dari tandu, Jeongguk menghampirinya dengan setengah berlari dengan raut wajah yang sungguh kalut. Namun langkah pria itu berhenti tak sampai di depan Taehyung. Dalam pandangannya, Jeongguk melihat bagaimana suaminya keluar dari kotak kecil itu dengan menggendong bayi mungil yang dibebat selimut emas.
"Taehyung?" panggilnya. Pikirannya mendadak beku.
"Aku membawanya. Namanya Kim Jongbyul."
Jeongguk berjalan perlahan. Gurat wajah yang tadinya sendu, berubah jadi ria saat menengok bagaimana rupa bayi cantik itu dalam gendongan Taehyung. Hatinya seketika melunak tatkala binar matanya yang bening nan polos itu menatap Jeongguk kemudian tersenyum yang menampakkan gusi merah muda. Membuat Jeongguk seketika terenyuh dan mencium wajah mungil itu, kemudian mengambilnya dalam gendongan Taehyung dan membawanya masuk ke dalam rumah.
Taehyung pikir Jeongguk akan marah. Ia mengira Jeongguk akan mengusir malaikat kecil itu sebab akan mengingatkannya pada Johyun. Namun Jeongguk tetaplah Jeongguk. Pemuda dengan kelembutan hati yang selalu membuatnya merasa jatuh cinta setiap hari. Prianya adalah definisi malaikat sebenarnya.
Jeongguk hanya butuh penjelasan, mengapa Jongbyul di bawa kemari dan tak dibawa pulang? Ia takut ibunya mencari. Namun Taehyung memberi paham bahwa mereka sudah memutuskan ikatan pernikahan. Johyun resmi menjanda dengan Jongbyul yang harus dirawat oleh ayahnya. Hanya itu yang bisa Taehyung katakan.
Lagi, Taehyung pikir Jeongguk akan risih bila dititipkan seorang bayi. Namun pemuda itu bertindak sebaliknya dan menegaskan bahwa Jongbyul adalah anak Taehyung yang paling cantik. Mana mungkin Jeongguk tak suka. Justru itu sekarang hari-harinya jadi lebih terhibur sejak ada Jongbyul. Bahkan, Jeongguk jarang meninggalkan katilnya dan rela berdiam di dalam kamar seharian hanya untuk menjaga atau menggendong Jongbyul saat anak itu menangis. Jeongguk jadi banyak belajar banyak dalam mengurus bayi. Tentunya dibantu oleh Bibi Lee, Jeongguk merawat Jongbyul begitu telaten dan sabar. Memandikannya, menyuapinya susu, menidurkannya, intinya Jeongguk sudah menganggap Jongbyul seperti anaknya sendiri.
Tiga hari setelah Jongbyul bersama mereka, hari itu langit begitu gelap. Gemuruh saling bersahutan diikuti hujan yang mengguyur deras tanpa jeda. Seharian juga Jongbyul menangis tanpa henti, Bibi Lee sampai turun tangan dan membawa Jongbyul keluar dari kamar Jeongguk, bermaksud untuk menenangkannya.
"Mungkinkah Jongbyul merindukan ibunya?" terka Jeongguk sedih. Kedua tangannya dilipat di depan dada. Bibirnya merengut lucu sebab anak itu rewel seharian. "Kau tahu ikatan batin seorang ibu kan? Mungkin Jongbyul sedang membutuhkan ibunya."
Jeongguk tak mendengar bagaimana Taehyung merespons ucapannya. "Pergilah ke istana, Taehyung. Mungkin Jongbyul ingin bertemu dengan ibunya."
Taehyung berdehem menyetujui, lalu melangkah perlahan untuk memeluk pinggang sempit suaminya. Ia menyandarkan dagu pada pundak Jeongguk. Ingin diperhatikan lebih.
"Mengapa?" tanya yang lebih muda setelah pipi kirinya dikecup singkat. Membuatnya terkikik dan mengusap pelan punggung tangan Taehyung yang melingkar erat di atas perutnya.
"Ku kembalikan saja dia. Lagipula Jeongguk-ku jadi terlalu sibuk dengannya sampai tak mengurusku sama sekali. Anak itu juga jauh lebih berisik ketika malam."
Jeongguk terkekeh geli dan berniat akan berbalik badan, namun Taehyung mengunci gerakannya. Ia masih ingin memeluk Jeongguk dari belakang.
"Kau cemburu dengan anakmu sendiri?" tanya Jeongguk tak percaya. Ia juga memiringkan kepalanya untuk disandarkan pada kepala Taehyung.
"Tentu saja. Aku tak suka perhatianmu dibagi dengan yang lain."
"Astaga..." Jeongguk terheran dibuatnya. "Lalu bagaimana dengan yang ada di dalam perutku? Apa kau juga akan cemburu dengannya sebab perhatianku akan terbagi lagi?"
![](https://img.wattpad.com/cover/231447223-288-k605884.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eden | Tk √
Fiksi Penggemar[Taekook Alternative Universe] 14 Masehi Ini berkisah tentang dua anak pribumi beda kasta yang saling mendamba. Tak peduli seberapa mereka sama-sama cinta, semesta akan tetap menjadi saksinya.