Sick, or?

1.3K 200 56
                                    



Pandangan Jimin berpendar mengitari seluruh isi ruangan. Tidak banyak yang bisa dilihat di sini. Tempat tinggal Putra Mahkota dan Jeongguk bisa dibilang tak begitu layak dari semestinya. Rumah ini lebih mirip seperti kandang dan tak terlihat nyaman. Maksudnya, pemuda yang duduk dihadapannya ini seorang berpendidikan. Sekiranya tak patut, Taehyung tinggal di tempat seperti ini. Jujur saja melihat ini semua, dada Jimin sesak. Orang yang selama ini ia agungkan, ia hormati, hidup serba kekurangan sejak meninggalkan istana. Hal itu menghancurkan hatinya.

"Maaf hanya ada air putih." tutur Jeongguk setelah meletakkan satu teko dan secawan air di atas meja. Menyajikan apa yang mereka miliki pada tamu malam ini. Kemudian pemuda itu berdiri tepat di sebelah Taehyung. Meraih bahu yang lebih tua hingga mengelusnya sayang. 

"Bagaimana kabarmu?" tanya Taehyung menatap Jimin tanpa kedip. Sedari tadi pandangannya tak lepas pada Jimin sama sekali. Terakhir kali ia melihat pengawal setianya itu tak sadarkan diri dengan luka yang menghiasi wajah pucatnya. Sekarang, Jimin berada dihadapannya. Berpenampilan sopan dan bersih, sedang menatapnya sendu dan sesekali menunduk tak kuat bertukar tatap.

"Saya baik, Yang Mulia. Bagaimana dengan Yang Mulia dan juga Prajurit Jeon?" Jantung Taehyung mencelos kala mendengar suara Jimin menyebutnya demikian. Sudah lama ia tak mendengar panggilan itu. Yang mana kembali mengingatkannya pada kedudukan istana dan juga luka yang ia kubur dalam-dalam di benak hatinya.

"Aku lebih bahagia. Di sini aku bisa bernapas lega. Aku juga tak perlu lagi bersembunyi jika ingin berbicara dengan Jeongukku. Aku merasa lebih bebas." Jawab Taehyung seraya menggenggam erat tangan Jeongguk yang masih bertengger di pundak kirinya.

Jimin terkekeh ringan, lalu kembali dengan wajah serius. Menatap Taehyung lurus dan berkata, "Sebelumnya, kedatangan saya kemari untuk meminta maaf, memohon ampunanmu atas kejadian malam lalu. Saya sungguh menyesali perbuatan saya Yang Mulia. Jika saja saya tak pergi mengambil air, mungkin saja...mungkin saja..."

"Mungkin saja aku tak berada di sini. Mungkin hubunganku dengan Jeongguk akan berakhir. Atau lebih burk lagi, mungkin aku akan menjadi raja menyedihkan yang membenci nasibnya seumur hidup." potong Taehyung.

"Yang Mulia?"

"Aku sudah melepaskan tahtaku jika kau mungkin belum tahu. Jadi tolong jangan memanggilku demikian, itu membebaniku."

"Maafkan saya, Yang Mulia." Jimin menunduk sebab menyesali perbuatannya.

Taehyung menarik napasnya kemudian mengangguk. "Sekarang katakan, apa tujuanmu kemari selanjutnya?"

"Tentu saja untuk Yang Mulia. Saya ini hambamu. Bagaimana bisa saya meninggalkan Yang Mulia sedangkan saya sudah disumpah sampai mati untuk mengawal kemanapun Yang Mulia pergi?"

Senyum Jeongguk mengembang. "Akhirnya rumah ini ditinggali oleh tiga kepala."

Taehyung melempar pandangan. Menatap Jeongguk yang masih senyum sumringah. Tatapannya menajam tak suka. 

"Kau tidak kuijinkan tinggal di sini jika masih memanggilku dengan honorifik seperti itu."Ucapnya sambil melirik Jimin yang merasa kikuk dan bingung. Sedangkan Jeongguk langsung menyamar dengan tertawa sebab melihat betapa lucu wajah Jimin saat ini.









👑









Beberapa bulan kemudian, rumah hangat itu didatangi Paman dan Bibi Lee, di antar oleh Jimin. Sekarang rumah yang mereka tinggali jadi ramai. Kondisinya juga sudah tidak seperti ketika pertama kali Jimin  datang. Rumah ini jauh lebih hangat dan layak. Sebab Taehyung dan Jimin sedikit demi sedikit membenahi bagian-bagian yang rusak. Seperti menambal atap yang berlubang, memperbaiki tempat perapian yang sudah berfungsi dengan baik, begitu juga dengan halaman rumah mereka yang Jeongguk tanami bunga hias warna warni. 

My Eden | Tk √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang