Distance

1K 154 28
                                    



Keempatnya kembali ke istana dengan keadaan basah kuyup. Masih dengan mengendap-endap dan pandangan yang awas. Melewati gerbang dengan menjinjit. Tanpa mengetahui bahwasanya Taehyung sudah menunggu keempat prajurit yang melanggar tata tertib tersebut di balkon istana.

Sampai saat keempatnya hampir berhasil memasuki barak, mereka langsung dihadang dengan beberapa prajurit lain. Salah satu prajurit berseru, "Diam dan jangan bergerak!"

Jantung Jeongguk rasanya berhenti sejenak saat ia diteriaki begitu lantang. Ini buruk sebab mereka ketahuan. Seseorang datang dengan memakai hanbok kuning yang berkilau. Dengan lengan kiri yang masih digantung oleh kain putih pada lehernya.

Kim Taehyung.

Jeongguk mengerjap beberapa kali kemudian menundukkan kepalanya sebab ia takut. Taehyung menatap keempat pemuda yang ada dihadapannya satu persatu. Kemudian menarik napas sebelum mengatakan, "Aku menunggu kedatangan kalian."

Mingyu, Soonyoung, Eunwoo dan Jeongguk tak berani mengangkat kepala. Tidak ada yang bisa dilakukan. Mereka hanya bisa menunduk pasrah menerima hukuman yang nantinya diberikan.

"Aku dengar ada empat prajurit kabur dari istana. Kemudian aku memutuskan untuk menunggu kalian di atas sana." Tunjuk Taehyung pada balkon yang tadi ia tempati. Terlihat bahwa lampu obornya masih menyala. Taehyung berucap santai, sama sekali tak mengundang amarah. Namun keempat pemuda itu masih menegang.

"Mohon ampuni kami, Yang Mulia." Ucap Mingyu.

Taehyung mendesis main-main. Sesekali ekor matanya melirik ke arah Jeongguk yang masih menunduk dalam. Sarat akan ketakutan.

"Tentu saja."

Taehyung mendengar deru napas kelegaan ada pada keempat pemuda itu. Punggung mereka sudah tidak sekaku tadi.

"Tapi aku tak bisa menyembunyikan ini dari Jendral Min. Kalian tetap akan mendapat ganjaran atas apa yang kalian perbuat."

Hening beberapa saat, namun pandangan Taehyung selalu tertuju pada Jeongguk. "Tulislah pada sebuah kertas bahwa kalian berjanji tidak akan melanggar peraturan istana lagi. Seribu kalimat, kutunggu besok subuh sebelum jadwal lari pagi. Sekian."

"Terima kasih Yang Mulia." Ucap keempat pemuda itu yang kemudian berhambur pergi. Namun sebelum Jeongguk melangkah lebih jauh, Taehyung menarik pergelangan tangannya, dan membawa Jeongguk pada selasar istana yang sudah sepi.

Jeongguk menatap Taehyung tak mengerti. Genggaman mereka bahkan belum terlepas.

"Ada apa, Yang Mulia?" Tanya Jeongguk dingin.

Taehyung melepas genggaman tangannya, dan mengerjap beberapa kali. "Aku mengirimkan surat melalui Jimin, tidakkah kau membacanya?"

Jeongguk meneguk, sorot matanya menghindari Taehyung. Rasa bersalah mulai menyapanya dalam keheningan malam. Jeongguk membaca surat itu. Lalu memutuskan untuk mengabaikannya dan pergi bersama teman sekamarnya.

"Aku menulis, bahwa aku akan menunggumu di danau sore ini. Tapi kau tak datang. Aku bahkan terus menunggu sampai hujan. Tadinya aku baik-baik saja. Namun saat Jimin memberitahukan bahwa kau pergi bersama temanmu tanpa mengatakan apapun padaku, aku jadi kesal."

Jeongguk menatap kedua mata Taehyung tanpa suara. Kemudian kembali menunduk. "Maafkan saya Yang Mulia."

"Kau menghindar dariku." Pertegas Taehyung.

Jeongguk hanya diam. Ia terus melihat ujung sepatunya yang basah. Membandingkan dengan sepatu kulit milik Taehyung yang indah.

"Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" Nada bicara Taehyung melembut. Ia tahu Jeongguk mungkin ketakutan karena dipojokkan begini.

My Eden | Tk √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang