Effort

1.3K 212 24
                                    

Jeongguk memasuki sebuah lumbung yang di bangun tepat di belakang rumah. Langkahnya yang lemah berjalan menuju deretan tong kayu yang terjajar rapi di sudut lumbung. Ia membuka penutupnya untuk memeriksa tuak yang tersisa. Sebagian di antaranya sudah tinggal setengah. Jeongguk memindahkan isi seluruhnya  pada sebuah tempayan berukuran sedang  untuk dijual pada Tuan Hoseok.

Sejak tinggal di sini, keluarga Jeon memutuskan untuk memproduksi tuak karena tempat tinggal mereka dikelilingi oleh pohon enau. Cairan itu diperoleh dari tandan bunga enau yang disadap dan dibiarkan berhari-hari di tempat tertutup.

Pikir ibunya, setelah mereka menutup kios yang ada di ibukota, keluarga Jeon bisa memproduksi tuak untuk kemudian di jual ke pemilik kedai makanan di pasar. Jadi, setiap seminggu sekali, beberapa orang selalu datang untuk mengambil pesanan mereka. Begitulah cara keluarga Jeon mencari pundi-pundi uang sekarang. Hidupnya bagai jungkir balik. Namun Ibu masih mempunyai banyak simpanan uang, barangkali dibutuhkan untuk keperluan mendesak.

"Tuan, biar saya saja." Ucap Soobin setelah melihat Jeongguk yang berusaha menciduk tuak menggunakan cawan kayu untuk dipindahkan ke dalam wadah yang lebih kecil.

Jeongguk menyerahkannya kemudian mengamati pekerjaan Soobin. "Hari ini tuan Hoseok datang kan?"

Soobin mengiyakan.

"Apakah Ibu pergi ke pasar ibukota?"

"Ya, obat tuan sudah habis. Ibu pergi untuk membelinya."

Jeongguk terdiam. Pikirannya seketika  melayang. Sorot mata itu kembali kosong. Napasnya terdengar putus asa. "Memangnya aku ini sakit apa, Soobin? Setiap hari bahkan selalu meminum obat yang aku sendiri tak tahu berkhasiat untuk apa. Tidak ada perkembangan sama sekali bukan? Aku selalu demam tinggi tiap akhir pekan. Aku lelah, Soobin."

"Tuan," Soobin menatap Jeongguk kasihan. Manik matanya sudah berkilat basah.

"Eoh! Rupanya kalian di sini." Ucap Tuan Hoseok setelah meletakkan dua tempayan kosong yang ia panggul di depan pintu.

"Salam, Jeongguk. Kau tampak semakin kurus nak, makanlah yang banyak. Kau kan masih muda." Jeongguk tersenyum simpul menanggapinya.

"Tuaknya sedang kupindahkan, untuk sementara duduklah menunggu, Tuan." Ujar Soobin sopan sebelum melanjutkan pekerjaannya.

Hoseok duduk dekat tong kayu. Kemudian Jeongguk mengambil air dalam kendi serta cawan kecil untuk disuguhkan pada tamunya. Mereka duduk berhadapan dengan Jeongguk yang sedang menuangkan air.

"Di mana ibu Jeon?"

"Sedang ada urusan di pasar."

Hoseok mengangguk paham, kemudian menenggak airnya sampai habis. Pria itu mendecak kemudian menggaruk belakang kepalanya, seperti mempertimbangkan sesuatu. Hingga memutuskan untuk bertanya, "Apa kau masih menerima tawaran jahit pakaian apabila aku membawakan selembar kain?"

Jeongguk hanya mengerjap bingung, tak tahu harus menjawab apa. Karena dirinya sudah lama tidak menenun apalagi menjahit pakaian.

"Maksudku, kau tahu? Sebentar lagi Putra Mahkota Kim akan menikah. Istana merayakannya dengan menggelar festival lampion tiga hari berturut-turut. Aku ingin mengenakan pakaian baru, bisakah kau membuatkannya untukku? Karena jujur saja, aku menyayangkan kios kalian tutup."

Jeongguk termangu untuk beberapa saat. Akalnya masih mencerna perkataan Hoseok.

Putra Mahkota akan menikah.

Putra Mahkota akan menikah.

Putra Mahkota akan...

Kim Taehyung, akan menikah dengan siapa?

My Eden | Tk √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang