Agreement

1.3K 196 58
                                    



Jeongguk mengusak matanya saat sinar surya tak sengaja mengusik tidurnya. Ia mengerjap lucu dalam bulu mata yang berjela untuk membiasakan cahaya yang masuk dalam retina. Ia meregangkan tubuhnya dengan kedua mata mengamati sekitar. 

Taehyung tak ada di sampingnya. Ia menduga suaminya pasti sudah bangun, jauh sebelum kelopak matanya terbuka. Ia telungkup seraya mendesis pinggulnya yang kebas akibat kegiatan  semalam. Di bawah tubuhnya terasa desiran aneh yang membuat Jeongguk mengernyit tak nyaman.

Jauh dari jarak pandangnya, ekor mata itu menangkap keberadaan punggung familiar yang sedang menjemur pakaian di dekat sungai. Lama, Jeongguk mengamati suaminya yang bergerak sibuk dengan dagu yang disandarkan pada satu lengannya. 

Dirinya membayangkan bagaimana nanti ia akan membagi kebahagiaan bersama prianya. Rasa di dadanya masih penuh. Taehyung berperan banyak dalam hidupnya. Pria itu berani mempertaruhkan kemewahan hidupnya demi hidup sederhana bersamanya. Mengingat itu, membuat Jeongguk sedih. Apalagi semalam mereka harus berbagi alas tidur yang tipis dan berlindung pada langit-langit goa. Mereka tak ada harta benda yang bisa ditukar, hanya cinta yang besar serta kasih yang tak pernah habis yang bisa keduanya andalkan.

Lamunannya buyar saat mendengar Taehyung berseru saat umpannya menghasilkan satu ekor ikan yang cukup untuk sarapan mereka berdua. Dan entah sejak kapan, Taehyung sudah berada di depannya dengan senyum cerahnya.

"Suamiku sudah bangun?" sapa Taehyung.

Yang lebih tua semakin mendekat setelah meletakkan tumpukan rumput untuk di makan kuda mereka. Bergerak untuk mencium tepat di bibir yang termuda seraya mengatakan, "Selamat pagi, nyenyak tidurnya? Aku ingin memegang rambutmu, tapi aku belum cuci tangan. Tanganku kotor." tutur Taehyung lembut.

Membuat Jeongguk tersenyum dan bergerak telentang. Ia mengangguk dua kali (menjawab pertanyaan Taehyung) dan mengalungkan lengannya pada leher kokoh yang lebih tua. Mengangkat kepalanya sedikit untuk kembali membubuhkan satu kecupan yang membuat Taehyung berseri.

"Mandi dulu, atau makan dulu, permaisuri?" Jeongguk mengulum bibirnya ke dalam. Sungguh, panggilan itu membuatnya salah tingkah. Mengapa Taehyung selalu manis saat menyambut paginya? 

"Mandi. Tubuhku lengket." Cicit Jeongguk malu-malu. 

Sedangkan Taehyung terkikik geli dan menggigit pucuk hidung Jeongguk sampai si empunya mengaduh. "Baiklah!"

Taehyung mengangkat tubuh ringan Jeongguk dalam satu gerakan. Membawanya keluar pada aliran sungai yang bersih dan memandikan yang lebih muda dengan telaten. Menggosok punggung sempit Jeongguk dengan telapak tangannya yang kasar.

Jeongguk menggigil saat ia menenggelamkan sebagian tubuh polosnya ke dalam genangan air yang bening. Diikuti Taehyung yang tak pernah sekalipun melepaskan ikatan lengannya pada pinggang Jeongguk. Air di sini sejuk dan dingin. Membuat mereka betah berendam dan bermain air cukup lama. Jeongguk juga tak segan memercikkan air, sengaja mengenai yang lebih tua hingga membuat Taehyung berpura-pura marah dengan kedua alis yang sengaja menukik. 

Namun melihat Taehyung begitu, alih-alih diserang takut, Jeongguk malah tergelak dibuatnya. Ia berlari, berusaha menghindar. Tentu saja pergerakan Jeongguk mampu dihentikan oleh Taehyung dengan mudah. Dengan telapak tangannya yang besar, Taehyung menarik pinggul Jeongguk untuk didekapnya dari belakang. Kemudian menggigit kecil bahu yang lebih muda sampai kegelian dan tertawa kencang.

Jeongguk mencoba menjauh, namun Taehyung semakin merapatkan tubuhnya dan mengunci pergerakan Jeongguk sampai tak berkutik. Satu tangannya memutar dagu Jeongguk agar menatapnya ke belakang untuk mencium habis bibir mungil pemudanya yang sedikit membiru. Tentu saja Jeongguk menerimanya dengan senang hati. Ia bahkan sampai membalik tubuhnya agar Taehyung bisa leluasa menyentuhnya di mana-mana. 

My Eden | Tk √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang